Oleh Kathleen Delaney, Chief Marketing Officer, Kofax
Berkat dampaknya yang signifikan terhadap perekonomian, teknologi—melalui kapabilitasnya dalam mendukung bisnis serta memperluas akses ke informasi dan layanan—berperan penting membentuk masyarakat yang berkeadilan sekaligus meningkatkan kualitas hidup manusia.
Percepatan transformasi digital dan meningkatnya kebutuhan akan talent di bidang teknologi membuat perusahaan-perusahaan teknologi ditantang untuk membangun komposisi tenaga kerja yang lebih seimbang dan menempatkan lebih banyak perempuan di posisi kepemimpinan.
Menurut laporan Global Gender Gap terbaru, terjadi rata-rata kesenjangan gender sebesar 68,9% di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Laporan ini juga mengindikasikan bahwa dibutuhkan waktu 135,6 tahun untuk menjembatani kesenjangan gender di seluruh dunia.
Di sektor-sektor yang membutuhkan keahlian khusus, seperti industri teknologi, ketidakseimbangan gender ini lebih jelas terlihat. Di bidang Komputasi Awan, misalnya, tenaga kerja perempuan hanya 14%, sedangkan di bidang Data dan Kecerdasan Buatan (AI) 32%.
Pada acara Women in Tech Roundtable: Crisis Fuels Innovation yang baru-baru ini diselenggarakan Kofax, seorang peserta perempuan mengutarakan rasa frustrasinya dan berkomentar, “…ini pembicaraan yang sudah saya dengar selama sepuluh tahun terakhir, dan walaupun melegakan kondisinya sudah lebih baik, kita masih mendengar istilah seperti ‘itu bidangnya laki-laki’.”
Industri teknologi masih dikuasai laki-laki dan upaya lebih perlu dikerahkan untuk mencapai keseimbangan gender yang sejati.
Pada masa-masa krisis, seperti pandemi COVID-19, industri dapat memperoleh keuntungan besar dari kemampuan perempuan memanfaatkan inovasi untuk memecahkan masalah-masalah paling mendesak di masyarakat. Berikut ini beberapa cara untuk mendorong kaum perempuan agar mulai berkecimpung dan sukses di bidang teknologi.
Perubahan dimulai dari atas
Kendati mempercepat automasi dan digitalisasi, pandemi juga secara signifikan mendisrupsi pasar tenaga kerja, yang akan melukai peluang ekonomi perempuan di masa depan.
Tanpa ada langkah untuk mengimbangi dampak ini, McKinsey memperkirakan perekonomian dapat mengalami kerugian pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dunia hingga USD1 triliun pada 2030 nanti. Sebaliknya, mengambil langkah aktif untuk meningkatkan kesetaraan gender dapat menambah PDB dunia sebesar USD13 triliun pada 2030 nanti.
Kebijakan dan praktik pemulihan yang inklusif harus diambil untuk mengatasi potensi tantangan ini. Untuk mencapai keberagaman, pimpinan senior harus membuat kebijakan dan proses yang melindungi akses perempuan ke kesempatan kerja dan posisi kepemimpinan.