Mentalitas Silo

Boleh dibilang indikator utama dari kondisi silo ini adalah keengganan untuk berbagi, baik itu berbagi informasi maupun tanggung jawab.

Dampak yang paling ekstrem dan merugikan adalah bila silo ini dirasakan oleh pelanggan. Pelanggan lelah karena harus berurusan dengan banyak divisi dari organisasi kita, atau pelanggan bingung siapa yang sebenarnya harus ia temui untuk menyelesaikan persoalannya.

Kondisi minimnya rasa percaya satu sama lain dalam organisasi yang dirasakan oleh pelanggan, dapat pula menurunkan rasa percayanya terhadap organisasi kita.

When communication is scarce in a big business, achieving the same goal and looking at the big picture becomes a daunting task. Dalam kondisi seperti ini, sikut-menyikut, saling lempar tanggung jawab, persaingan untuk memenangkan citra kesuksesan akan tumbuh dengan subur.

Melebur tirai di organisasi

Tidak berarti bahwa setia kawan dan semangat berkompetisi dilarang dalam organisasi. Setiap divisi tetap perlu berupaya membangun kekompakan divisinya dan berusaha sebaik-baiknya mencapai target divisi karena keberhasilan setiap divisi adalah penentu keberhasilan organisasi.

Namun, jika dalam prosesnya ada divisi yang tutup mata terhadap kesulitan divisi lain atau bahkan berusaha menjegal kesuksesan divisi lain, di sinilah manajemen perlu waspada dan membangun langkah-langkah perbaikan.

Ketidakkompakan sebuah tim olahraga merupakan tanggung jawab pelatih, sementara silo dalam organisasi merupakan red flag bagi pimpinan untuk mawas diri. Ketika ada anggota tim atau divisi dalam organisasi yang menjadi “anak emas”, ketika divisi harus berebut resources dari budget yang terbatas, ketika keberhasilan suatu divisi dirayakan dengan meriah sementara pencapaian divisi lain dianggap sudah sewajarnya, dari sanalah bibit-bibit silo mulai berkembang.

Di sinilah pentingnya peran pemimpin untuk bersikap adil terhadap semua divisi yang ada. Diawali dengan membuka komunikasi secara transparan dengan berbagai pihak yang terlibat. Upayakan agar keputusan sudah dikonfirmasi ke bagian lain sebelum diimplementasikan.

Budaya check and balance ini perlu ditanamkan kepada setiap orang di perusahaan. The more people who communicate effectively in your organization, the better.

Pembentukan tim lintas kolaborasi juga akan membuat anggota tim terbiasa untuk bekerja dan mengenal orang-orang di luar divisi dan keahliannya. Hal ini sangat baik bagi pengembangan kreativitas dan inovasi.

Umana Bali, LXR Rayakan Ulang Tahun Pertama dengan Perayaan Spesial Selama 3 Hari

Umana Bali, properti dari LXR Hotels & Resorts, baru saja merayakan ulang tahun pertamanya...

89% Generasi Milenial dan Gen Z Optimis pada Masa Depan

Meskipun Keduanya Mengkhawatirkan Pekerjaan, Pendidikan, dan KesehatanDi Indonesia, ketika berbicara terkait masa depan Generasi...

Kenalkan AI dalam Strategi Digital Marketing, MAXY Academy Gelar Webinar SEO dengan AI Gratis

Surabaya, 18 November 2024 – "SEO bukan hanya soal kata kunci, tetapi bagaimana kita...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here