Kedua, kita benar-benar perlu belajar menghargai orang lain, kontribusi anak buah sekecil apa pun itu. Bagaimana kita mengembangkan anak buah tidak dengan menunjukkan kekurangan, tapi justru dengan memberikan dorongan agar mereka dapat mengoptimalkan potensi terbaiknya. “I use the energy to point out people’s superpowers—what they’re great at.”
Menunjukkan kekurangan bisa jadi membuat pimpinan merasa lebih superior, tetapi tanpa disadari membuat anak buah merasa inferior alih-alih berjuang memperbaikinya. Sebagai pemimpin kita perlu berefleksi apakah kita sudah memberikan umpan balik konstruktif, dan penghargaan terhadap pencapaian, baik besar maupun kecil.
Lingkungan kerja yang positif bukan sekadar dekorasi atau aktivitas tim. Pekerja perlu merasa ia didukung dan dihargai.
Kita tidak perlu menunggu menjadi CEO untuk menyebarkan energi positif. Cek kebiasaan kita, apakah kita memulai hari dengan senyuman pada diri sendiri dan anggota keluarga? Apakah kita menawarkan bantuan kepada setiap orang yang kita lihat sedang membutuhkan? Apakah kita telah mengucapkan terima kasih kepada setiap orang yang memberikan pertolongan kepada kita?
Energi relasional positif adalah kekuatan yang nyata dan dapat diakses oleh siapa saja. Baik sebagai pemimpin, rekan kerja, maupun teman, tindakan kecil kita dapat menciptakan riak yang menginspirasi orang lain untuk menjadi versi terbaik mereka. Energi positif tidak hanya menyebar, tetapi juga membangun masa depan yang lebih cerah.
“Sebarkan cinta ke mana pun Anda pergi. Jangan biarkan seorang pun datang kepada Anda tanpa meninggalkan lebih bahagia.” –Bunda Teresa
EXPERD, HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier 21 Desember 2024