Dalam perusahaan yang dikendalikan sosok yang terlalu kuat ini, biasanya karyawan, manajer, bahkan direkturnya yang mungkin sebenarnya potensial, kemudian terbentuk untuk bekerja dan berpikir seperti robot yang tidak memiliki motivasi mandiri. Karyawan kehilangan kreativitas dan hanya menunggu kapan menerima gaji dan bonus.
Sementara itu, pemimpin yang micro manage ini tidak bersedia mundur dan mengevaluasi organisasi dari kacamata yang berbeda. Tiba-tiba ia kaget dengan kemajuan kompetitor atau disrupsi yang tidak ia rasakan karena sibuk dengan operasional sehari-hari. Critical thinking-nya pun semakin lama semakin menyempit.
Berinvestasi pada orang-orang yang tepat
Dalam bukunya Built to Last dan Good to Great, Jim Collins mengungkapkan yang terpenting dalam membangun organisasi adalah menemukan orang yang tepat untuk berada dalam tim.
Hal ini tidaklah mudah. Banyak pemimpin yang khawatir melihat bagaimana Steve Jobs diusir dari organisasinya sendiri oleh orang yang direkrutnya. Mereka perlu memilih bawahan yang dapat memahami visi-misi dan cita-cita pemimpinnya, sampai menerjemahkannya ke dalam tindakan.
Hal yang juga penting adalah mendorong setiap bawahan untuk menampilkan individual leadership-nya dan tumbuh sebagai orang yang akan menjaga sustainability perusahaan. Di sini, kita tidak melihat peran satu orang, tetapi kelompok. Dibutuhkan kesabaran, semangat coaching dan kehendak untuk membangun barisan penerus.
John Maxwell dalam bukunya Developing the Leaders Around You, menuliskan kriteria calon pemimpin yang dapat dikembangkan.
Pertama, karakter. Kekuatan karakter adalah landasan kepemimpinan. Tanyakan kepada calon pemimpin Anda pertanyaan-pertanyaan ini: apakah ia berani bertanggung jawab terhadap kesuksesan dan kegagalan perusahaan? Apakah ia dapat menepati janji dan komitmennya? Apakah ia berdisiplin dalam menepati tenggat waktu? Bagaimana ia mengelola kehidupan pribadinya?
Kedua, perhatikan bagaimana sikapnya dalam beragam situasi. Orang yang bersikap positif biasanya adalah seorang yang “can do”. Ia tidak putus asa ketika gagal. Keinginan mereka untuk menemukan potensi pada setiap situasi yang menantang selalu menyebabkan mereka bisa melihat hal-hal yang tidak dilihat orang lain.
Ketiga, disiplin diri. Tidak semua orang memiliki disiplin diri yang kuat. Bagaimana ia menjaga komitmennya untuk menuntaskan hal-hal yang sudah disepakati. Untuk melihat apakah seseorang memiliki disiplin diri adalah dengan melihat emosi dan manajemen waktunya.
Keempat, people skills. Salah satu tugas utama pemimpin adalah memberdayakan anggota timnya. Untuk itu, ia harus dapat mengerti orang lain dan melakukan interaksi dengan lancar. Ia harus dapat berkomunikasi dengan jelas, lugas, dan jernih.