Organisasi “Talent Centric”

Semakin transparan, cepat, dan informatif pihak perekrut, semakin kuat daya tarik mereka untuk bergabung. Proses yang bertele-tele dan tidak jelas akan membuat kandidat merasa tidak dihargai.

Fokus ke talenta

Dalam beberapa dekade terakhir ini, kita memahami pentingnya customer experience dalam merebut hati pelanggan produk kita. Hal yang sama seyogianya harus terjadi terhadap talenta-talenta kita. Memang dalam neraca perusahaan, talenta tidak pernah tercatat sebagai aset, bahkan dianggap sebagai beban.

Namun, coba Anda bayangkan bilamana “key person” Anda tiba-tiba menghilang? Siapa yang akan menjaga produktivitas organisasi tetap berjalan seperti biasa? Siapa yang akan memastikan pencapaian target terjadi? Bukankah talenta adalah juga periuk nasi yang sangat penting bagi organisasi? Mengapa mereka tidak kita jadikan prioritas?

Namun, bagaimana kita dapat mengubah mindset yang tadinya menganggap talenta sebagai beban bulanan, menjadi aset tetap? Bagaimana kita mengubah organisasi menjadi talent centric?

Yang jelas, kita harus menggeser fokus kita sedikit lebih jauh. Tidak hanya mencari the right man in the right place, tetapi juga menciptakan the right company bagi para talenta agar mereka justru yang mencari kita.

Pertama, kita perlu meyakini prinsip bahwa karyawan yang bahagia akan lebih produktif dan pada akhirnya mendatangkan keuntungan lebih banyak, baik kuantitas maupun kualitas kontribusinya.

Mereka yang bahagia akan lebih lentur dalam pemikirannya dan terbuka menghadapi berbagai tantangan dengan sikap yang lebih positif.

Kedua, organisasi perlu menunjukkan perhatiannya pada perkembangan karier karyawannya. Tidak semua orang ingin naik pangkat dan menduduki jabatan tinggi. Namun, pada umumnya orang ingin berkembang menjadi lebih baik lagi, baik dalam hal keterampilan, kematangan soft competency, relasi, maupun finansial.

Oleh karena itu, kesempatan pembelajaran perlu terus didorong oleh organisasi baik secara formal maupun non formal melalui diskusi-diskusi di lapangan. Culture of feedback perlu digaungkan sehingga pertukaran masukan-masukan dapat berjalan lancar tanpa kekhawatiran terhadap penilaian.

Menjaga orientasi ke talenta

Sebenarnya kita bisa melihat banyak organisasi sudah mengumandangkan perhatiannya pada talenta mereka. Namun, dalam praktiknya, kebiasaan-kebiasaan lama seringkali terulang kembali, apalagi pada masa ketika tekanan meningkat.

Belanja Online Lebih Terjangkau dan Praktis bagi Para Mama

Dengan 4 Fitur Unggulan di AlloFreshSaat ini, berbelanja kebutuhan rumah tangga secara online telah menjadi...

Prediksi Harga Bitcoin Tahun 2025: Simak Dua Sisi Perspektif Ini

Prediksi Harga Bitcoin Tahun 2025: Simak Dua Sisi Perspektif Ini

Shopee, Skintific, dan Perebutan Tahta Pasar Pelembap Indonesia

Industri kecantikan Indonesia berkembang pesat, dengan perawatan kulit memimpin pasar senilai $2 miliar USD....

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here