Oleh Eileen Rachman & Emilia Jakob
Sebagai atasan, kita selalu ingin mengoptimalkan kapabilitas bawahan. Kita mengharapkan mereka untuk menggunakan kepandaian, keterampilan, dan kekuatan karakternya. Namun, kadang kala kita menemukan individu yang sudah memenuhi segala persyaratan, seperti IQ dan lainnya, tidak berkinerja seperti yang diharapkan.
Seorang teman mengeluhkan bawahannya yang seharusnya cukup cerdas, tetapi ternyata gagal memenuhi tuntutan pekerjaan organisasinya.
Sementara yang lain, yang hanya seorang anak magang biasa, mampu menterjemahkan apa yang dikehendaki pimpinan perusahaan ke dalam beberapa langkah sederhana yang mudah dicerna seluruh karyawan. Ia memang tidak cemerlang dan tidak dapat diharapkan untuk membuat solusi-solusi canggih, tetapi mampu mengimplementasikan beragam inisiatif perusahaan pada ruang lingkup tugasnya, selain luwes membangun relasi dalam organisasinya.
Dari dua contoh ini, kita belajar bahwa IQ bukan segala-galanya bagi kesuksesan kinerja seseorang di organisasi.
Hasil penelitian mengatakan bahwa 50 persen kinerja organisasi ditandai oleh kemampuan berespons individu-individunya terhadap perubahan dan kompleksitas. Penentu lain tentunya adalah kepemimpinan, strategi, dan kondisi lingkungan bisnisnya.
Kita mungkin pernah melihat institusi yang berisi orang-orang cerdas, tetapi tampak kesulitan ketika terjadi disrupsi dan transformasi besar-besaran.
Dari sini, kita bisa melihat pentingnya pemimpin organisasi memiliki strategi untuk dapat mengelola talenta-talenta cerdas memiliki agility untuk berespons terhadap perubahan dan kompetisi pada masa mendatang, membuat keputusan dan mengeksekusi keputusan tersebut hingga memberikan hasil yang diharapkan.
Apa itu kecerdasan organisasional?
Ada banyak hal yang perlu dimiliki seseorang untuk dapat menuju pucuk pimpinan organisasi: IQ tinggi, kompetensi teknis yang mumpuni, dan sekumpulan karakteristik kepribadian, seperti kegigihan, daya lenting, dan sensitivitas interpersonal.
Namun, tidak jarang, kendati sudah memenuhi persyaratan-persyaratan ini, individu yang sudah berada dalam posisi kunci pun gagal untuk membawa organisasinya mencapai kesuksesan.
Menurut Nelson Phillips dan George SYip, organizational intelligence adalah kemampuan untuk mengerahkan organisasi bergerak sesuai dengan arah pengembangan yang mereka inginkan.