Dengan memahami keinginan bawahan, kita dapat memfokuskan perhatian kita pada apa yang mereka anggap penting dan semakin mendorong mereka untuk mencapai tujuannya dengan apresiasi atas prestasi-prestasi sekecil apa pun itu.
Membiasakan pendekatan reflektif
Pendekatan reflektif menyediakan pemimpin sebuah jendela untuk melihat apa yang penting bagi seorang bawahan. Karyawan mendapat kesempatan untuk menggambarkan dirinya secara lebih terbuka. Pemimpin juga bisa segera meluruskan persepsi bawahan bila ada kesalahpahaman. Bila ini sudah menjadi kebiasaan, refleksi mengenai small wins dengan semangat perbaikan akan lebih mudah untuk didiskusikan.
Ada beberapa kebiasaan untuk memperkuat dialog-dialog menjadi lebih bermakna. Pertama, undang bawahan untuk sharing. Tunjukkan bahwa Anda ingin mengetahui tentang apa yang ia nikmati dalam tugasnya, apa yang ia banggakan, serta kesulitan-kesulitannya.
Cara itu tidak perlu berupa rapat formal, melainkan lakukan secara santai saat makan siang bersama, minum kopi, atau dalam perjalanan bersama. Tentu bawahan tidak langsung dapat bercerita dengan lancar dan detail. Tugas pimpinanlah untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan elaboratif yang mendorong bawahan untuk semakin baik memahami apa yang benar-benar penting bagi mereka.
Kedua, lakukan “penyelidikan” secara positif. Petra Kolber dalam buku The Perfectionism Detox menyatakan bahwa manusia sering mengurangi keberhasilannya dan melebihkan kekurangannya. Sebagai pemimpin, kita perlu menggali rasa berhasil bawahan dengan mendiskusikan prestasi-prestasi kecilnya dengan menanyakan perjalanan prosesnya sampai berhasil dan bagaimana proses belajar yang ia alami.
Dalam proses bercerita ini, tanpa disadari, mereka juga merefleksikan upaya dan jerih payah yang dilakukan hingga mencapai keberhasilan. Rasa bangga akan timbul dengan sendirinya ketika mereka menyadari jalan panjang yang telah mereka lalui.
Ketiga, refleksikan ulang. Dialog yang menyenangkan perlu ditutup dengan sedikit refleksi dengan berterima kasih atas hal-hal baru yang dipelajari bersama dan apresiasi terhadap kelebihan serta keberhasilan yang telah diraihnya.
Hasil pembicaraan dari hati ke hati ini akan menjadi semakin kuat bila kita terus membawanya dalam pembicaraan pada kemudian hari. Anak buah akan merasa pemimpin memiliki kepedulian terhadap perkembangan dirinya dan ia semakin termotivasi.
Individu tidak otomatis percaya kepada mereka yang menjadi pemimpinnya. Rasa percaya ini perlu dipupuk sedikit demi sedikit melalui bukti nyata yang ditunjukkan oleh pemimpin dalam kesehariannya. Sekali komitmen seorang pemimpin terbukti, bawahan akan semakin percaya dan ikatan atasan-bawahan akan semakin kuat.