Yang saya maksud disini adalah segala ketidak-tuntasan rasa, nalar, ideologi, maupun keimanan yang menyisakan ruang hampa dalam hati. Lacan, seorang pakar psikoanalisis mengistilahkan keadaan ini sebagai ‘a’ (a kecil) yang hilang.
Penelusuran terhadap jejak-jejak tanda dalam lukisan seri urban mythology Acho memungkinkan kita menemukan persamaan pengalaman, di mana pengalaman pribadi Acho sebagai manusia urban menggambarkan memori kolektif yang umumnya dirasakan masyarakat saat ini.
Masyarakat yang hidup dalam hujan informasi memaksakan kesadaran untuk hadir dalam upaya validasi, dan itu menimbulkan kelelahan yang mengancam kesehatan mental kita. Keadaan ini menjadi sumber inspirasi penciptaan yang menghantarkan Acho dalam upaya membebaskan diri dari kecemasan dan momen penghakiman batin atas tidak utuhnya keyakinan.
Acho menemukan keutuhannya dengan berpijak pada fetisisme mitos, di mana zodiak dengan berbagai karakter dan peruntungannya menjadi trigger bangkitnya pikiran positif yang akan mempengaruhi keyakinan dan tindakan. Acho tidak lagi mempersoalkan irrasionalitas mitos dalam pandangan sains, Acho menawarkan mitos sebagai upaya simbolik sugesti diri dalam membangun kerangka berpikir positif.
Seperti yang selalu didengungkan para motivator, bahwa pikiran merubah tindakan, tindakan mengubah kebiasaan, kebiasaan ini yang akan menghantarkan pada takdir masa depan. Baginya, mitos itu mampu mengendalikan bahasa berketubuhan kita.
Demikianlah kiranya pengantar singkat yang dapat saya sajikan dalam sudut padang pribadi saya. Terkait kesan-kesan keindahan yang saya rasakan melalui perjumpaan dengan karya lukis seri urban mythology Andi Acho Mallaena.
Semoga tulisan ini dapat memantik penghayatan para apresian sekalian, sehingga menemukan nilai yang lebih dalam, membuka dimensi misterius yang belum tersentuh pada masing-masing karya, serta menemukan keutuhan diri melalui karya-karya ini.
Terimakasih dan salam seni.