Jurnalis memiliki aturan mengenai tanggung jawab atas berita yang mereka tulis. Mulai dari bagaimana memperoleh berita sampai proses klarifikasi untuk bisa memberikan gambaran yang obyektif.
Demikian pula di dunia hukum, siapa boleh dan tidak boleh mengadili siapa. Kode etik biasanya mengatur tindakan untuk menjaga terjadinya ketidakpatutan, ketidakadilan, unfairness, yang membuat terusiknya kemanusiaan kita.
Mengapa sulit menjaga etika?
Pelunturan etika sering berhubungan dengan keterbatasan manusia dalam memproses informasi. Ketika berfokus pada satu elemen penting saat menghadapi masalah, kita sering tidak bisa melihat pentingnya masalah lain.
Ketika berfokus pada tanggung jawab sebagai orangtua untuk menjaga keutuhan keluarga, kita lupa pada keluarga-keluarga lain yang porak-poranda akibat perbuatan anggota keluarga kita.
Ketika kita berfokus untuk mencapai KPI divisi dan target organisasi, bisa jadi kita melupakan tata krama berorganisasi, mengupayakan segala cara demi pencapaian tujuan tersebut. Bukan tidak mungkin kita merasa telah melakukan hal yang baik karena mengutamakan kepentingan organisasi.
Peneliti Ann Tenbrunsel dari Universitas Notre Dame menuliskan, “Ethical fading adalah bentuk penyamaran diri. Jarang sekali kita bermaksud melakukan hal yang salah, tetapi petunjuk-petunjuk halus membawa kita untuk mengabaikan implikasi moral dari keputusan-keputusan kita. Kita membiarkan etika kita “memudar” dari pandangan.”
Di sinilah awal mula batas antara apa yang benar dan salah mulai kabur. Mulai dari menyepelekan fakta menyangkut nilai-nilai yang kita pegang dengan alasan kepentingan organisasi, hingga menghibur diri sendiri dengan pembenaran-pembenaran.
Situasi itu disusul situasi lain terus-menerus sampai membuat kewaspadaan kita luntur. Kita membohongi teman karena tidak bisa menepati janji, menyembunyikan fakta perusahaan terhadap pemangku kepentingan, melakukan window dressing, menjual barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi karena tidak mau menanggung kerugian, bersiasat menghindari pajak, daftar ini semakin lama bisa kian panjang.
Kita melakukan rasionalisasi yang meyakinkan diri bahwa semua orang juga melakukannya. Ini memperkuat ego untuk tetap melanjutkan pelanggaran.
Simon Sinek dalam bukunya The Infinite Game menulis, gejala pelunturan ini biasa bermula dari ketegangan dalam proses mencapai sasaran jangka pendek individu. Sinek menekankan bahwa hampir dipastikan pelunturan wewenang ini dilakukan mereka yang berpikiran pendek dan hanya memikirkan diri sendiri atau lingkungan terkecilnya.