Budaya yang menempatkan uang di atas segalanya, bisa membuat orang terdorong untuk mengambil jalan pintas, menekuk peraturan, membuat keputusan demi keuntungan material. Biasanya dalam budaya seperti ini terdapat pemimpin yang kehilangan visi ke depannya.
Tim, organisasi, sampai negara terdiri atas kumpulan manusia. Manusia memang bisa berbohong. Namun, kita juga bisa memilih untuk menguatkan perilaku etis, memikirkan kualitas kita sebagai manusia, serta berusaha keras bersikap jujur pada diri sendiri dan orang lain.
Mencegah pelunturan etika
Bahaya pelunturan etika ini seperti infeksi yang merusak sistem imunitas diri kita. Ketika hal ini dilakukan oleh seorang pemimpin, bawahan akan dengan mudah mengikuti dan menormalisasi perilaku ini sampai moral organisasi tidak lagi terjaga.
Perbaikan terhadap budaya seperti ini sulit dilakukan dalam semalam. Pelunturan ini sudah membuat kemanusiaan terluka. Seperti halnya antibiotik yang harus digunakan untuk mengobati infeksi parah, dibutuhkan kekerasan hati untuk memulai lagi penegakan etika.
Langkah awal, kita perlu mencermati setiap keputusan yang kita buat. Kita perlu mempertimbangkan segala aturan dan dampak yang ada terhadap sasaran jangka panjang. Kita perlu terbuka terhadap pandangan orang lain dan siap untuk berubah. Kita juga perlu waspada terhadap kebiasaan merasionalisasi tindakan kita dengan istilah-istilah manis, yang secara nurani kita tahu bahwa itu melanggar etik.
Profesor Ariely dari Duke University menggambarkan tindakan pencegahan ini dengan formula REVISE (reminding, visibility, dan self engagement) yang mengangkat etika dengan tegas ke permukaan.
Setiap orang perlu mewaspadai tanda-tanda kecil dari gejala ketidakjujuran ataupun pelanggaran moral yang disusul dengan membatasi anonimitas, meningkatkan saling jaga satu sama lain, dan mendorong setiap individu memperjuangkan self image yang positif.
Kita beruntung sebagai bangsa Indonesia cukup mengacu pada 2 sila di antara 5 sila Pancasila sebagai acuan hidup kita: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Pemimpin yang etis cukup berpegang pada dua sila ini.
EXPERD, HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier 25 November 2023