Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Semua orang sepertinya setuju bahwa perubahan yang terjadi di dunia sekarang ini tidak terbayangkan oleh kita pada 30 tahun yang lalu. Apa yang dulu menjadi sumber daya utama kita, sekarang ternyata harus dialihkan.
Perusahaan-perusahaan tambang dan minyak yang dahulu sangat berjaya, saat ini perlu mencari inovasi pada energi terbarukan. Bila dahulu banyak perusahaan yang bertahan 50, 70, bahkan hingga lebih dari 100 tahun, pada masa sekarang, begitu banyak perusahaan berguguran setelah 10–15 tahun saja.
Jadi, tidak ada yang memungkiri perlunya melakukan perubahan. Namun, kenyataannya perubahan tidak semudah membalik telapak tangan. Manusia sering merasa bosan dan ingin mengalami perubahan, tetapi begitu sulit untuk mengubah dirinya sendiri. Ketakutan terhadap “the unknown” pun begitu besar, membuat perubahan semakin dijauhi lagi.
Pertanyaannya, bagaimana melanggengkan perusahaan menghadapi masa depan yang mungkin tidak terbayang oleh kita dari masa sekarang? Pemimpin macam apa yang mampu menavigasi tantangan sebesar ini? Bagaimana cara mendisrupsi industri tanpa terkena disrupsi? Bagaimana gesit pada masa depan, tetapi tetap berjaya pada masa sekarang?
Kita membutuhkan pemimpin yang bisa mengeksploitasi sumber daya saat ini dengan mengoptimalkan operasional yang berjalan sekaligus mengeksplorasi kesempatan-kesempatan lain yang nantinya membentuk bisnis model baru. Sambil memastikan prestasi pada masa ini, berpikir keras dan merancang masa depan.
Kekuatan mengembangkan dua pendekatan sekaligus inilah resep sukses pada masa depan. Seorang ahli menyebutkan, pemimpin yang sanggup melakukan pendekatan sekaligus ini disebut pemimpin ambidextrous.
Ambideksteritas atau dalam bahasa Indonesia disebut kekikanan adalah kemampuan individu untuk menggunakan kedua tangan sama terampilnya. Hanya 1 persen dari populasi dunia yang secara alamiah memiliki keterampilan ini.
Atlet yang ambidextrous dapat menggunakan bagian tangan yang menguntungkan baginya dan mengecoh lawannya yang hanya memiliki kekuatan di salah satu tangan saja. Diteliti dari lukisan-lukisannya, Leonardo da Vinci diyakini dapat memanfaatkan kedua tangannya dengan baik. Ia terlahir kidal, tetapi berlatih menggunakan tangan kanannya.
Istilah inilah yang kemudian digunakan untuk merujuk pada para pemimpin yang terampil menguasai dua pendekatan yang berbeda.