Melatih keterampilan ambidextrous
Menjadi ambidextrous berarti kita harus berhenti mengatakan “ini bukan gaya saya”. Namun, justru siap membuka diri, melakukan eksplorasi baru. Kita harus berani mempertanyakan pendapat dan asumsi kita sendiri. Mendisrupsi diri dengan mengajukan pertanyaan what if, why not kepada diri sendiri.
Setiap kali kita merasa telah menemukan ide atau strategi baru yang terbaik bagi diri atau organisasi, tantang diri untuk mengembangkan lima kemungkinan lain yang dapat menunjukkan bahwa ide tersebut tidak tepat. Dengan cara ini, kita berusaha memperluas area pemikiran kita dengan hal-hal yang di luar batas pemikiran kita sebelumnya.
Kedua, bangun visi yang bersifat “exploit and explore”. Tantang diri dan anggota tim untuk senantiasa memikirkan cara-cara mengurangi biaya dan melakukan efisiensi dalam bisnis utama, sekaligus mendorong diri untuk menemukan kesempatan-kesempatan baru di luar model bisnis saat ini, untuk diterapkan pada masa depan.
Ajak tim berdiskusi mengenai kekhawatiran dan ketakutan mereka menghadapi konflik yang mungkin terjadi dalam proses menjalankan dua pendekatan yang berbeda ini.
Ketiga, hindari keseragaman. Model exploit and explore tentu akan menghasilkan strategi yang berbeda. Dalam mengeksplorasi, kita mendorong tim untuk mau mengambil risiko, berpikir kreatif dengan tujuan pengembangan dan inovasi.
Sebaliknya, ketika sedang melakukan manuver eksploitasi, kita perlu melakukan efisiensi dan menghitung efektivitas. Memaksakan strategi yang sama pada dua kebutuhan berbeda hanya menimbulkan kekacauan.
Jika ingin menjadi pemimpin yang kreatif, inovatif, dan efektif, Anda harus mengembangkan keahlian ganda. Hal ini tidak mudah, tetapi merupakan jalan yang lebih kaya untuk meraih kesuksesan pada masa-masa yang penuh gejolak dan oportunistis ini.
EXPERD, HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier 3 Februari 2024