Pemuda Indonesia di Garis Depan Perjuangan Keanekaragaman Hayati

Sesi ini menunjukkan keseriusan pengembangan wisata sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan ekonomi dengan isu iklim dan keanekaragaman hayati. “Topik ini sangat sejalan dengan apa yang kami lakukan. Rasanya seperti mendapatkan penguatan energi dan semangat,” kata Naomi.

Hal berbeda dirasakan oleh Novita Ayu Matoneng Oilsana, pendiri Komunitas BALENTA, yang mendapatkan banyak sekali pengetahuan dan konsep menarik dari COP16. Menurutnya, Green Zone dikemas sebagai bentuk kedaulatan dan perlawanan.

“Masyarakat adat dan komunitas lokal yang hadir di Green Zone, di dalam tenda-tenda ataupun di pinggir sepanjang Sungai Cali, membuktikan bahwa mereka berhak penuh atas kedaulatan tanah dan kekayaan alamnya. Mereka melawan dengan cara membawa kekayaan alam dan pengetahuan lokal yang nilainya tak terhingga, untuk dibagikan kepada lebih banyak orang.”

Menurut Novia, hal ini dilakukan agar suara-suara mereka terdengar lebih kencang dan keras hingga ke pelosok dunia, agar dunia tahu bahwa mereka juga hadir dalam ruang-ruang kolaboratif, agar dunia tahu bahwa masyarakat adat dan komunitas lokal berdaulat penuh atas tanah dan kekayaan alamnya, bahwa tidak boleh ada yang datang merusak dan merampasnya dengan iming-iming apa pun.

Sementara itu, bagi Andi Reza Zulkarnain, Co-chair Young People Action Team (YPAT) UNICEF East Asia and Pacific (EAPRO), salah satu pengalaman paling berharga adalah bertemu dengan pemuda-pemuda luar biasa dari seluruh dunia, yang datang membawa pengalaman, perspektif, dan praktik baik dari komunitas mereka. Ia belajar banyak dari sesi LAB of Youth Engagement and Participation yang diadakan oleh CAF. 

“Dalam sesi ini, saya bekerja sama dengan kelompok yang berfokus pada perlindungan komunitas terdampak proyek tambang. Bersama-sama, kami merancang pendekatan yang melibatkan pelatihan, dukungan langsung, dan penciptaan peluang kerja. Proses ini mengajarkan saya bagaimana memadukan strategi berbasis komunitas dengan advokasi kebijakan.”

Belajar dari orang muda negara lain

Selama mengikuti konferensi, Novita menyadari bahwa orang-orang muda lokal memiliki pengetahuan lokal yang luas. Mereka menyadari kedaulatan hidup masyarakat adat dan komunitas lokalnya, dan berjuang bersama dalam ruang-ruang diskusi.

“Orang-orang muda yang hadir di sana juga memiliki pengetahuan tentang biodiversitas dan perubahan iklim yang sangat baik. Mereka jago sekali dalam hal public speaking. Bahkan, saya mengikuti beberapa sesi yang pembicaranya adalah anak usia 7 -10 tahun,” kata Novita, kagum. 

Mau Download Video TikTok? Ini Cara Paling Mudah, Gratis, & Cepat!

Mengunduh video TikTok bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pelajari satu per satu metode tersebut...

PastNine: Jagoan Baru Rocketindo, Sebarkan Aroma Kemewahan Penuh Ambisi

Industri kecantikan dan personal care di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang pesat, dengan proyeksi...

Vortex Merilis Permainan Interaktif di IIMS 2025 Bersama Mitsubishi Indonesia

Perusahaan teknologi asal Yogyakarta, Vortex, dengan bangga mengumumkan kolaborasi strategis dengan Mitsubishi Motors dalam...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here