Dengan individu-individu yang berdedikasi seperti itu, jantung budaya Dayak akan terus berdenyut kuat, dipupuk oleh kearifan Arus Kualan. Perjalanan mereka adalah bukti kekuatan pendidikan dan pelestarian budaya.
Plorentina Dessy berharap Arus Kualan dapat menjadi model bagi masyarakat adat di negara lain, khususnya di kawasan Asia Tenggara, di mana modernisasi menjadi ancaman signifikan bagi kelangsungan hidup dan identitas budaya masyarakat asli.
Dessy juga bercita-cita jika berhasil diadopsi oleh masyarakat adat di negara lain, program serupa di sekolahnya dapat memperoleh perlindungan dan dukungan dari pemerintah daerah.
“Seiring upaya kami untuk melestarikan warisan budaya dan memberdayakan masyarakat adat, Arus Kualan berdiri sebagai mercusuar harapan. Semoga model kami dapat menginspirasi dan melindungi budaya asli di Asia Tenggara dan sekitarnya, mengatasi tantangan modernisasi sambil menghargai identitas dan tradisi.” ujar Dessy.
Tentang Sekolah Adat Arus Kualan
Didirikan pada 2014, Sekolah Adat Arus Kualan adalah sistem pendidikan informal di provinsi Kalimantan Barat Indonesia, khususnya di daerah Simpang Hulu Kabupaten Ketapang, dengan fokus utama untuk menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai tradisional kepada generasi muda.
Program ini beroperasi pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu, melayani siswa yang bersekolah setelah sekolah formal atau secara eksklusif mendaftar di Sakolah Adat.
Kegiatan outdoor mendominasi kurikulum, meliputi pengajaran obat tradisional, memasak berbahan dasar bambu, identifikasi tumbuhan hutan, dan partisipasi dalam permainan adat. Kunjungan ke rumah sesepuh untuk belajar dari narasi mereka berkontribusi pada pengayaan budaya siswa.
Selanjutnya, sekolah memperluas pengaruhnya di dalam ruangan, menawarkan pelajaran literasi, musik tradisional, tarian, lagu, dan kerajinan tangan, termasuk produksi pakaian tradisional. Kelas bahasa Inggris dan kegiatan mewarnai juga diintegrasikan ke dalam program.
Lembaga ini memainkan peran penting dalam melestarikan warisan budaya Indonesia yang kaya, menjembatani masa lalu dan masa kini dengan menumbuhkan apresiasi terhadap praktik dan kearifan tradisional di kalangan generasi muda.
Selama satu dekade terakhir, Arus Kualan telah menyaksikan minat yang meningkat dalam misinya, dengan sekitar 350 siswa yang tercatat dari tahun 2014 hingga 2023. Saat ini, sekitar 168 siswa berpartisipasi aktif dalam program transformatif sekolah.