Pertemuan Tatap Muka, Potensi Terpapar Corona?

Oleh Suryo Winarno

Pandemi Covid-19 berhasil dikendalikan pemerintah meski angka kematian masih tinggi. Keberhasilan mengendalikan Corona karena pemerintah fokus memulihkan kesehatan melalui PPKM Darurat selama Juli – Agustus 2021. 

Implikasi PPKM Darurat pemerintah mengorbankan perekonomian berjalan lambat akibat infeksi Covid-19 tinggi disebabkan varian Delta. Selain itu, vaksinasi belum merata ke seluruh Tanah Air mengingat pasokan vaksin tersendat karena rebutan pasokan vaksin tingkat dunia.

Namun, kini kasus positif Corona dan kematian menunjukkan perbaikan sejak diterapkan PPKM Darurat. Sementara kinerja PPKM Darurat menghasilkan perbaikan indikator kesehatan signifikan. 

Hal ini ditunjukkan infeksi Covid-19 harian turun dari 56.000 kasus (15/7) menjadi 5.403 kasus (5/9) sehingga total infeksi Covid-19 sebanyak 4.129.020 orang dan orang wafat harian turun dari 2.069 (27/7) menjadi 392 (5/9) maka total orang meninggal dunia 135.864 orang. 

PTM dan Vaksinasi

Mangacu kondisi tersebut, pemerintah membuka pertemuan tatap muka (PTM) terbatas sekolah di daerah memiliki PPKM level 1-3. PTM terbatas sekolah mulai awal September, dengan menerapkan prokes di sekolah dan guru telah divaksinasi lengkap namun siswa belum divaksinasi boleh masuk sekolah. Sungguh kontras. 

Vaksinasi Covid-19 mulai Januari 2021 hingga kini mencapai 100 juta jiwa suntikan dosis satu dan dua (53%), sementara target vaksinasi nasional 189 juta (70%). Secara rinci, realisasi vaksinasi dosis pertama 65 juta jiwa (34%) dan vaksinasi dosis kedua 35 juta jiwa (18%). 

Sasaran vaksinasi mencakup tiga kelompok prioritas yaitu 1,4 orang tenaga kerja kesehatan, 21,5 juta orang lansia, dan 17,3 jiwa petugas pelayanan publik. Per 1 September 2021, cakupan vaksinasi lengkap ketiga kelompok yaitu 104,32 persen tenaga kerja kesehatan, 111,91 persen untuk petugas pelayanan publik, dan 17,52 persen orang lansia.

Kelompok masyarakat rentan dan umum sudah vaksinasi sebanyak 9,4 juta (6,69%), remaja usia 12-17 tahun mencapai 1,79 juta (6,7%), dan vaksinasi gotong royong di kawasan industri 504,879 orang (3,37 %). Artinya, remaja belum divaksinasi potensi terinfeksi Corona di sekolah karena kerumunan atau prokes longgar. 

Berdasarkan data di atas, pertemuan tatap muka di sekolah tidak terjadi penularan Corona adalah “terbatas” siswa masuk sekolah dan prokes 3M (menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan) mengingat vaksinasi remaja baru mencapai 6 persen.

Timbul pertanyaan, benarkah pemerintah menjamin siswa tidak akan terpapar virus Corona mengingat informasi korban meninggal dunia disebabkan pasien belum divaksin? Apakah protokol kesehatan di sekolah menjamin tidak akan menambah klaster baru infeksi Corona? 

Pemerintah dan pengelola sekolah wajib bertanggung jawab dan menjamin pertemuan tatap muka terbatas tidak menimbulkan kasus baru infeksi Covid-19 dan menambah kematian dari kluster sekolah mengingat keputusan PTM dijalankan di daerah memiliki PPKM level 1-3. Sementara positif rate Indonesia 5,24% kecuali DKI dan Jatim (4,3% dan 4,6 %) pada 4 Sept 2021. 

Infeksi dan Kematian

Menurut data, penyebab infeksi Corona dan kematian tinggi yaitu vairan Delta, kurang disiplin orang menerapkan prokes 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan), dan komplikasi kormobid dengan infeksi Corona.

Balitbangkes Kementerian Kesehatan melaporkan penambahan 863 kasus tiga varian virus Corona adalah Aplha, Beta, Delta di Indonesia dan total kasus varian baru di Indonesia mencapai 1.904 yang menyebar di 31 provinsi pada 21 Agustus 2021

Dari 1.904 kasus varian baru, kasus varian Delta paling mendominasi (1.823), dilanjut Alpha 64, dan Beta 17. Penambahan kasus terbanyak di DKI Jakarta (315), disusul Jabar (212), Jateng (57), Kaltim (40). Sebelumnya (16/8/21) total kasus varian baru Covid-19 sebanyak 1.041 kasus. Perinciannya, 962 kasus varian Delta, 662 kasus varian Alpha, dan 17 kasus varian Beta.

Satgas Covid-19 mencatat sejumlah titik yang memiliki tingkat ketidakpatuhan tinggi pada pelaksanaan protokol kesehatan. Titik-titik kerumunan memiliki ketidakpatuhan tinggi seperti restoran, kedai, bandara, jalan umum, dan rumah. 

Satgas Covid-19 melaporkan 20,68 persen kabupaten, 22,61 persen kecamatan, dan 23,6 persen desa/keluaran punya lebih dari tiga perempat penduduk belum memakai masker. Sedangkan 21,99 persen kabupaten/kota, 25,06 persen kecamatan, dan 23,98 persen desa/kelurahan lebih dari tiga perempat penduduk belum patuh menjaga jarak. 

Orang yang sadar prokes 60 persen, dengan ciri perilaku menerapkan protokol kesehatan. Mereka sadar ada aturan atau tidak ada aturan dan ada atau tidak pengawasan Satgas Covid-19, menerapkan prokes yang terinternalisasi dalam perilaku yang baru.

Sebanyak 30 persen di masyarakat patuh protokol kesehatan sebagai bentuk kebiasaan baru. Sedangkan 5 sampai 10 persen tidak patuh prokes. Kategori patuh adalah menerapkan prokes seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan jika ada aturan. 

Akhirnya, pembukaan pertemuan tatap muka terbatas di sekolah masih berbahaya karena positif rate sedikit diatas standar dunia (5%). Selain itu, banyak siswa belum divaksin sehingga bisa menimbulkan potensi terpapar Covid-19 kalau prokes siswa longgar atau abai terhadap prokes, misalnya terjadi kerumunan atau masker dilepas, dan lupa cuci tangan. 

Semoga siswa tidak ada yang punya kormobid karena beresiko tinggi. Kunci utama pertemuan tatap muka terbatas adalah dari mesti siswa sehat dan konsumsi makan memenuhi standar kesehatan untuk menjaga kemungkinan paparan di sekolah atau di perjalanan menuju sekolah. Semoga tidak ada klaster di sekolah sejak dimulai PTM. 

Suryo Winarno, Praktisi Kesehatan dan Lingkungan Kerja di Industri Makanan.

Tips Cari Meme Coin Solana di DexScreener yang Berpotensi Naik 10X!

Meme coin di ekosistem Solana menjadi sorotan para investor kripto yang mencari potensi keuntungan besar...

Royal Tulip Gunung Geulis Resort & Golf Perkenalkan Gedung Baru “The Suites”

Untuk semakin memanjakan para tamu setianya, Royal Tulip Gunung Geulis Resort & Golf resmi...

Polident Luncurkan POLINA, Consumer Chat AI Pertama di Indonesia

Khusus Perawatan Gigi, dan Penyediaan Gigi Tiruan Gratis dalam Kampanye #BalikinSenyumMemperkenalkan POLINA, asisten virtual...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here