Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Bagi sebagian orang, jabatan menjadi sesuatu yang sangat penting. Bahkan ada yang enggan bertukar kartu nama hanya karena jabatan di kartu lamanya masih jabatan yang lama, padahal ia sudah dipromosikan menduduki posisi baru yang lebih tinggi.
Sementara, dengan organisasi yang berbentuk piramida, pasti hanya sedikit orang yang benar-benar mendapatkan kesempatan mencapai puncak.
Bagaimana ketika pangkat tidak bisa naik karena atasan masih berada di posisinya? Apakah ini berarti kita gagal dalam berkarier?
Situasi bekerja saat ini sebenarnya sudah sangat berbeda. Pandemi telah membuat konsep bekerja pun mengalami perubahan. Orang tidak lagi berpikir bahwa hidup adalah untuk bekerja. Kesehatan, work life balance, menemukan makna juga menjadi prioritas generasi muda sekarang ini.
Bila dulu hampir semua pekerja berharap untuk menjadi karyawan permanen, saat ini dengan pilihan bekerja secara hybrid, individu merasa kesempatan untuk dapat mengeksplorasi minat dan potensi mereka dengan mengerjakan berbagai hal sekaligus, membuat status permanen tidak lagi prioritas. Saat itulah konsep mengenai karier pada diri individu perlahan-lahan juga bergeser.
Jalur karier tidak lagi berbentuk tangga
Bagaimana kita berharap bisa menghadapi dunia yang katanya berubah semakin cepat, semakin kompleks, semakin sulit diramalkan dengan pengalaman yang diperoleh dari jalur karier yang linier?
Kompleksitas tantangan masa depan tentunya juga membutuhkan keterampilan yang semakin komprehensif. Jeff Bezos pernah menjalani karier di bidang komputer di Wall Street dan berbagai posisi di perusahaan keuangan, sebelum ia beralih ke dunia e-commerce dan meluncurkan Amazon.
Michelle Obama sebelum menjadi Ibu Negara pernah berkarier di bidang hukum, menjadi asisten wali kota, di organisasi non-profit, wakil dekan dan juga menjadi vice president community and external affairs di RS Universitas Chicago. Sekarang ia menjadi penulis, pembicara, dan pembawa acara podcast.
JK Rowling bahkan tidak hanya berpindah karier, ia juga berpindah tempat tinggal. Dari menjadi sekretaris di Amnesty International London, berganti ke Kamar Dagang di Manchester, dan kemudian pindah mengajar bahasa Inggris di Portugal sebelum menerbitkan buku Harry Porter dan menjadi milliarder.
Dari sini kita melihat bahwa perjalanan hidup kita tidak sepenuhnya lurus saja. Adakalanya kita menemui hambatan yang mengharuskan kita berputar arah, ataupun ketika kita menemui jalan bercabang yang memberikan kita pilihan untuk mengubah arah. Namun, semua perjalanan itu pasti memberikan kita pengayaan keterampilan dan pengalaman yang semakin memperkaya kompetensi yang kita miliki.