Rasa Memiliki

Oleh Eileen Rachman & Emilia Jakob

Kita tahu, salah satu kunci kesuksesan organisasi adalah rasa memiliki para karyawannya terhadap organisasi mereka. Bagaimana para karyawan ini berpikir dan bertindak layaknya si empunya bisnis.

Starbucks dan Amazon adalah beberapa perusahaan dunia yang menawarkan saham kepada karyawannya, untuk membuat mereka menjadi bagian dari perusahaan.

We know our success will be largely affected by our ability to attract and retain a motivated employee base, each of whom must think like, and therefore must actually be, an owner,” tulis Ram Charan dalam bukunya “The Amazon Management System”.

Sebuah grup perusahaan di Indonesia pun menjadikan rasa memiliki layaknya pemilik bisnis ini sebagai salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki oleh jajaran manajemennya. Menurut mereka, pemimpin unit bisnis harus memiliki kepekaan terhadap ancaman apapun juga dan mampu menggambarkan masa depan organisasinya, paling tidak untuk 5-10 tahun mendatang.

Ada beragam macam perilaku eksekutif dalam organisasi. Ada eksekutif yang menyerahkan pengambilan keputusan kepada pimpinannya, tanpa sadar ataupun rasa bersalah melepaskan akuntabilitas pribadinya dengan alasan atasanlah penentu segalanya. Ini bahkan bisa terjadi pada perusahaan keluarga yang kita pikir semua anggota keluarga memiliki ownership yang sama terhadap perusahaan milik keluarganya ini.  

Namun, kenyataannya bisa jadi hanya satu anak yang sibuk mengemban tanggung jawab membesarkan perusahaan, sementara yang lain memiliki orientasi ownership yang sama sekali berbeda kalau tidak bisa dibilang malah menjadi beban perusahaan.

Sebaliknya, ada juga eksekutif yang berjuang mati-matian dalam proses negosiasi, menyadari segala dampaknya terhadap keuntungan organisasi. Setiap pengeluaran ekstra yang harus dikeluarkan oleh organisasi terasa seperti keluar dari kantong pribadinya sendiri.

Rasa memilikinya demikian tinggi walaupun ia tidak memiliki saham apapun di perusahaan tersebut. “The ownership mindset refers to psychological ownership of business outcomes and feeling empowered to make decisions that lead to those outcomes”.

Bayangkan bila sikap seperti itu dimiliki oleh seluruh anggota tim. Setiap orang apapun posisinya memperlakukan organisasi layaknya milik mereka sendiri. Ketika organisasi mengalami kesulitan, semua bahu-membahu mencari jalan keluar bagi organisasi, bukan jalan keluar masing-masing. Semua orang menyadari pentingnya kontribusinya bagi kesuksesan organisasi.

Bagaimana kita dapat menciptakan rasa memiliki seperti ini?

Port Academy Bekerja Sama Dengan KUPP Pagimana Gelar Diklat TKBM

Port Academy Bekerja Sama Dengan KUPP Pagimana Gelar Diklat TKBM

BRI Ventures Semarakkan HUT ke-129 BRI melalui Penanaman Mangrove

BRI Ventures merayakan ulang tahun BRI ke-129 dengan penanaman 500 pohon mangrove di Pulau...

Elwyn.ai oleh Primeskills Raih Penghargaan di APICTA Awards 2024

Inovasi Indonesia Bersinar di BruneiElwyn.ai, platform pembelajaran berbasis AI yang dikembangkan oleh perusahaan edtech...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here