Kepemilikan psikologis
Bila kita tinjau secara lebih mendalam, kepemilikan tidak ada hubungannya dengan kepemilikan secara fisik. Apakah seorang pemilik gedung otomatis memiliki ownership atas gedung tersebut? Apakah mereka memikirkan nasib gedung ini 5-10 tahun mendatang?
Apakah mereka peduli terhadap hal-hal semacam prevensi kebakaran, perawatan gedung, efisiensi, dan lainnya atau sekadar menyerahkan hal yang mereka anggap remeh tersebut kepada pihak yang sudah mereka gaji?
Bila orang yang mengemban tugas ini memikirkan bagaimana ia dapat merawat gedung tersebut sehingga tetap terlihat selalu baru sampai tahun-tahun mendatang, aktif mencari cara ataupun metode baru untuk perawatannya, boleh dibilang inilah yang disebut kepemilikan psikologis.
Tim yang memiliki mindset ownership seperti ini akan secara otomatis merasa bahwa mereka bertanggung jawab terhadap kesuksesan organisasi sehingga inisiatif untuk bergerak extra mile kerap akan mereka upayakan.
Sebaliknya, tim yang tidak memiliki mindset ini merasa tanggung jawab adalah sesuatu yang harus ditugaskan terlebih dahulu kepada mereka dan implementasi usaha mereka sebatas tanggung jawab yang memang sudah diberikan kepada mereka saja.
Mengembangkan ownership
Kita perlu ingat bahwa menanamkan mindset ownership ini bukanlah seperti tindakan cuci otak ataupun operasi otak. Pengembangan ini perlu kita lakukan selangkah demi selangkah.
Rasa memiliki ini tumbuh melalui penghargaan yang kuat terhadap anggota tim. Sikap pemimpin di sini karenanya akan sangat berdampak dalam membangun rasa memiliki dari anggota timnya. Bilamana pemimpin terlalu dominan dan hanya berfokus pada dirinya sendiri, akan membuat anggota tim merasa keberadaannya tidak lagi diperlukan.
Rasa kurang dihargai ini akan menyurutkan rasa memiliki terhadap tim apalagi terhadap organisasi tempatnya berkarya. Setiap anggota kelompok harus merasa kontribusinya dibutuhkan.
Untuk itu akuntabilitas perlu jelas dan terukur. Dalam tim memang ada peranan yang berbeda-beda. Ada yang besar, ada yang lebih kecil, ada yang langsung jelas terlihat pada pendapatan organisasi, ada yang bersifat sebagai penunjang.
Ukuran yang jelas terhadap kinerja, dengan target yang berbeda-beda perlu disusun. Lazimnya organisasi menyusun key performance indicator untuk masing-masing individu. Individu yang sudah mencapai target KPI-nya akan merasa bahwa ia berkontribusi.