Bersama-sama, pameran ini menciptakan pengalaman holistik yang memungkinkan pengunjung untuk memahami filosofi spiritual Bali, khususnya prinsip Tri Hita Karana – keseimbangan antara Tuhan, alam, dan manusia.
Marlowe Bandem, Penasihat Eksekutif SAKA Museum, menjelaskan, “Melalui pameran ini, pengunjung akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran penting tradisi ini dalam kehidupan masyarakat Bali – bagaimana tradisi ini membimbing praktik spiritual, mengatur ritme kehidupan di pulau ini, serta membentuk kesadaran kolektif masyarakat Bali.”
SAKA Museum: Destinasi Budaya yang Menarik
Sejak dibuka untuk publik tahun lalu, SAKA Museum telah menjadi destinasi budaya yang banyak dikunjungi. Museum ini dikenal karena pameran orisinalnya yang memberikan wawasan mendalam tentang warisan seni dan spiritual Bali.
Pameran terbaru ini diharapkan akan semakin memperkaya pengalaman pengunjung, terutama bagi mereka yang ingin memahami lebih dalam tentang budaya Bali.
SAKA Museum juga telah mendapatkan ulasan positif dari pengunjung di platform seperti TripAdvisor dan Google Reviews, menjadikannya salah satu tempat wajib dikunjungi saat berada di Bali.
Komitmen untuk Pendidikan dan Pelestarian Budaya
SAKA Museum tidak hanya menjadi tempat pameran, tetapi juga berkomitmen untuk menjadi pusat budaya yang aktif. Museum ini menawarkan kunjungan edukatif gratis bagi sekolah, mahasiswa, peneliti, dan siapa saja yang memiliki tujuan akademis.



Dr. Judith Bosnak, Direktur SAKA Museum, mengatakan, “Kami ingin SAKA Museum menjadi tempat yang menghubungkan berbagai komunitas, di mana semua orang dapat berkumpul untuk mengenal dan mempelajari tradisi Bali. Melalui kolaborasi dengan sekolah-sekolah lokal, kami berupaya memastikan bahwa generasi mendatang tidak hanya memahami warisan budaya mereka, tetapi juga terinspirasi untuk melestarikannya.”