Sehat Mental untuk Kartini Masa Kini 

Kalimat-kalimat ini merupakan cerminan tuntutan sosial budaya pada kaum perempuan, bahwa karir dan pendidikan yang tinggi belum sempurna tanpa adanya rumah tangga. Studi sosiologi menggolongkan perempuan yang bekerja, maupun yang memiliki posisi karir yang strategis sebagai penyimpangan sosial positif.

Dianggap sebagai penyimpangan karena perilaku tersebut dianggap menyimpang dari aturan, nilai, maupun norma yang berlaku dalam masyarakat, namun masih memiliki dampak positif terhadap diri sendiri maupun tatanan masyarakat (Hisyam & Hamid, 2015; Wardani, 2018). 

Meskipun sudah banyak perempuan Indonesia yang mengenyam pendidikan tinggi, memiliki jejang karir yang bagus, dan memiliki posisi strategis dalam karirnya, perjuangan mereka tidak hanya untuk mencapai hal-hal tersebut, namun juga perjuangan melawan ekspektasi masyarakat dan stigma yang ada. Pernahkah terpikir apa imbasnya ke kesehatan mental mereka? 

Perempuan Penggagas HatiPlong 

HatiPlong merupakan layanan kesehatan mental online yang didirikan oleh dua perempuan Indonesia yang mengenyam pendidikan tinggi di luar negri. Farah Djalal merupakan co-founder HatiPlong yang mengenyam pendidikan Psikologi hingga S3 di Leuven, Belgia, sedangkan Jeannette Setiawan menempuh pendidikan sebagai Psikolog pernikahan dan keluarga di California, USA.

Usaha yang didirikan oleh kedua perempuan ini untuk menyediakan layanan konsultasi psikologis terbaik, juga diawali oleh usaha melawan stigma yang ada mengenai peran mereka sebagai perempuan. Memiliki pendidikan yang tinggi bagi Farah, juga disertai konsekuensi dari lingkungan sekitar 

mengenai pilihannya untuk mengerjar gelar Doktor. Tidak sedikit ucapan-ucapan yang ditujukan untuk mengingatkan Farah akan peran perempuan, ‘Jangan sekolah ketinggian, nanti laki-laki takut’, merupakan salah satu kalimat yang sering dilontarkan padanya.

Menurut Farah, jika seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, terus menerus dihadapi oleh tuntutan sosial yang tidak sesuai dengan nilai dirinya, maka dapat berimbas pada kesehatan mental mereka. “Saya tahu apa yang saya mau, makanya saya rencanakan hidup saya untuk mencapai itu (sekolah hingga S3). Namun saya juga tahu, bahwa it comes with a price!” ujar Farah.

Untungnya Farah memiliki dukungan sosial dari keluarga yang kuat, “Daya beruntung karena orangtua saya sangat terbuka, mereka mengajarkan pada saya bahwa pendidikan itu penting, dan kebahagiaan diri itu sangat penting.” Farah yakin bahwa jika ia tidak mendapatkan dukungan dari orang terdekatnya, imbas ke kesehatan mental akan sangat besar pada dirinya.

Menurutnya kecemasan dan depresi sering terjadi akibat kegagalan untuk memenuhi tuntutan, baik tuntutan dari dalam diri maupun dari lingkungan, dan ini sangat berbahaya. Pengalaman ini merupakan salah satu alasan bagi Farah untuk mendirikan HatiPlong guna menyediakan dukungan sosial bagi semua orang yang membutuhkan.

“HatiPlong kami dirikan bukan hanya untuk mereka yang mengalami gangguan mental, tetapi juga bagi mereka yang belum mendapatkan dukungan yang positif dari orang terdekatnya. We are here for you!” 

Kembali Gelar WSBP Inspiring Kindness: Girls on Site, WSBP Ajak Siswi SMAN 1 Kalijati Berkontribusi di Dunia Manufaktur dan Konstruksi

WSBP mengajak 25 siswi SMA Negeri 1 Kalijati untuk untuk memahami pentingnya kesempatan berkarir...

Pesatnya Pertumbuhan Konten Kreator, URALA Indonesia Ajak Masyarakat Waspadai Penipuan

URALA Indonesia, Digital PR Agency di Indonesia, berkomitmen untuk selalu menghadirkan lingkungan kerja yang...

Ur’Ball: Pentol Sayur Kekinian, Misi Tim Wirausaha Merdeka Mahasiswa UNESA untuk Hidup Sehat Tanpa Ribet

Surabaya, 19 November 2024 – Tim Wirausaha Merdeka (WMK) UNESA memperkenalkan Ur’Ball, inovasi bakso...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here