Seni Bertanya

Ada juga orang yang memang bersikap apatis, tidak berminat pada manusia lain, cenderung merasa lawan bicaranya membosankan dan obrolan itu hanya buang-buang waktu saja.

Banyak juga yang sangat percaya diri bahwa apa yang mereka ketahui sudah cukup sehingga tidak membutuhkan informasi lain dari lawan bicara dan tanya jawab tidak menjadi ajang pengayaan pengetahuan.

Namun, ada juga orang yang tidak percaya diri dan ragu mengajukan pertanyaan, takut terlihat bodoh. Dalam hal ini, kita perlu mengingatkan diri bahwa teknik bertanya ini bisa dikembangkan.

Teknik bertanya

Para ahli menyatakan, “The first step in becoming a better questioner is simply to ask more questions.” Kuantitas pertanyaan menentukan kesuksesan kita dalam mencari informasi ataupun membina hubungan.

Pada tahap selanjutnya, tipe pertanyaan, nada, urutan, dan penyusunan konteksnya memang menentukan kualitas hasil pertanyaan.

Tidak semua pertanyaan mendapatkan hasil yang sama. Pertanyaan seperti apa kabar, terasa basa basinya bila tidak ditindaklanjuti dengan pertanyaan penggali yang lebih dalam.

Kita juga bisa langsung mengajukan pertanyaan penggali ketika bertemu dengan seorang kenalan dengan pertanyaan, seperti bagaimana kabar putra Anda yang sedang dirawat? Sekaligus menunjukkan bahwa kita mendengarkan ceritanya dalam pertemuan sebelum ini.

Begitu juga dalam wawancara, kita dapat melakukan probing, seperti tadi Anda menyebutkan situasi toxic, apa maksud Anda dan bagaimana suasananya? Lawan bicara kita juga akan lebih merasa didengar dan dihargai bila kita menggunakan pertanyaan penggali seperti ini. Mereka akan merasa bahwa kita benar benar tulus ingin tahu lebih jauh.

Semua orang tentunya sudah tahu bahwa sebaiknya tidak menggunakan pertanyaan close ended yang sekedar bisa dijawab ya dan tidak. Walaupun dalam beberapa situasi, hal ini mungkin dibutuhkan juga. Banyak orang mengenal konsep pertanyaan 5W+1H yang akan membuka percakapan dengan lebih informatif.  

Pertanyaan yang didahului oleh 4W pertama: When, Where, Who, What adalah pertanyaan faktual untuk menggali gambaran situasi agar lebih jelas. Pertanyaan how untuk mencari tahu mengenai proses agar kita bisa melihat hubungan satu kejadian dengan kejadian lain.

Sementara itu, why menggali lebih dalam alasan di balik kondisi faktual tadi. Nada suara juga sangat memengaruhi kualitas pembicaraan, bagaimana mengajukan pertanyaan tanpa membuat orang lain merasa terintimidasi.

Albert Einstein mengatakanm “Question everything.” Ungkapan tua ini tetap berlaku sampai sekarang. Kreativitas personal dan inovasi organisasi hanya didapat kalau kita bisa memperoleh informasi yang baru.

Tanya jawab yang intens akan memperdalam dan meningkatkan mutu hubungan interpersonal. Sustained personal engagement and motivation—in our lives as well as our work—require that we are always mindful of the transformative joy of asking and answering questions.

EXPERD, HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier 9 Juli 2022

Umana Bali, LXR Rayakan Ulang Tahun Pertama dengan Perayaan Spesial Selama 3 Hari

Umana Bali, properti dari LXR Hotels & Resorts, baru saja merayakan ulang tahun pertamanya...

89% Generasi Milenial dan Gen Z Optimis pada Masa Depan

Meskipun Keduanya Mengkhawatirkan Pekerjaan, Pendidikan, dan KesehatanDi Indonesia, ketika berbicara terkait masa depan Generasi...

Kenalkan AI dalam Strategi Digital Marketing, MAXY Academy Gelar Webinar SEO dengan AI Gratis

Surabaya, 18 November 2024 – "SEO bukan hanya soal kata kunci, tetapi bagaimana kita...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here