Shelter Pererenan

Stephen kemudian bekerja sama dengan sang legenda Maurice Terzini di restoran Iceberg, pantai Bondi. Ia mengakhiri karirnya di Australia dengan mentornya, Ross Lusted, untuk mengelola restoran fine-dinner The Bridgeroom sebagai Head Chef. Kini, setelah sepuluh tahun bekerja di Bali menangani beragam proyek, Stephen memimpin dapur di Shelter Group.

Chef Stephen mengkreasi hidangan sederhana namun elegan di Shelter, menggunakan metode memasak ‘artisanal’ dengan bara-terbuka. “Memasak di api terbuka adalah teknik paling kuno dan primitif – kami menggunakan open api-kayu (wood-fired) untuk mengasapi dan membakar rambutan serta kayu kopi. Kami juga menggunakan panggangan batubara terbuka dan pengasapan dengan kayu kopi,” tutur Stephen perihal metode memasaknya.

Cicipi beberapa hidangan pembuka dengan porsi berbagi (shared), termasuk Whipped Chickpeas (kacang polong) dengan roti flatbread yang dipanggang di oven terbuka; dua hidangan ini melengkapi Lamb Kofta dengan Yogurt Mint.

Kemudian ada pula hidangan tuna ekor kuning (yellowfin) dengan jamur panggang-kayu (wood-roasted mushrooms), acar apel dan shimeji yang menggugah selera dengan penggabungan tekstur dan rasanya yang nikmat. Atau ada pula wood-roasted moon scallops (kerang bulan panggang-kayu) yang dimasak dengan cabe, mentega lemon dan bunga sumac. 

Menu utama di Shelter didominasi hidangan panggang dengan porsi berbagi (shared-style) dan sajian panggang-kayu (wood-roasted). Chermoula crusted chicken (ayam goreng tepung chermoula), slow-cooked pulled lamb shoulder pita (daging bahu kambing cincang dengan roti pita) dengan topping tabbouleh, kaki bebek panggang-kayu (wood-roasted duck leg) dengan harissa, kurma dan risoni.

Seporsi masif steak 500 gr Angus ribeye dengan saus hurricane salsa. Kemudian, nikmati hidangan penutup lezat khas Shelter, salted caramel gelato sandwich with sumac honeycomb, dan wood-roasted chocolate, atau chocolate truffle with sour cherry and roasted pistachio yoghurt, dan masih banyak lagi!

Shelter juga mengambil inspirasi dari rancang arsitektur terbuka yang santai dengan gaya ‘Joglo’ khas Bali, yang menggabungkan batu dan kayu daur ulang, dihias dengan beragam tanaman eksotis. Pemilik Shelter membagikan bahwa bangunan yang terinspirasi dari pulau Bali ini “telah dirancang untuk menyatu dengan sekitarnya, sebagai sebuah ruang yang terasa tenang dan harmonis dengan alam, sebuah tempat yang dibangun dari bahan alami yang ada di sekitarnya.”

Diterangi dengan banyak cahaya lilin di sepanjang sore, nuansa restoran Shelter menjelang malam terasa sangat nyaman dan akrab, membuai para pengunjung untuk terus bersantai dan menikmati minuman di sudut-sudutnya, bahkan setelah sesi bersantap mereka usai.

Terpatri di dalam brand Shelter sendiri adalah sebuah kebutuhan untuk menjadi “penghubung fundamental antara manusia, alam dan juga bahan baku sekitar” cetus salah satu owner.

Missoni dan The Ritz-Carlton Hadirkan Missoni Resort Club Eksklusif di Bali

Perpaduan Desain Ikonik Italia dengan Keanggunan The Ritz-Carlton di Tepi Pantai Bali yang Menakjubkan Missoni...

Mengungkap Perkembangan AI di Indonesia: Tren, Tantangan, dan Masa Depan Cerah!

Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah salah satu teknologi yang berkembang pesat di...

Crypto Narrative dan Masa Depan Kripto: Apa yang Bisa Kita Harapkan di 2025?

Crypto narrative adalah cerita, ide, atau kepercayaan yang mendorong tren di dunia kripto. Narasi...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here