Storytelling

Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob

Teman saya seorang eksekutif yang sangat cemerlang serta memiliki wawasan dan pengetahuan yang sangat luas. Namun, ketika presentasi, terasa dingin dan kaku. Tidak ada pembicaraan yang bisa membuat presentasinya lebih berwarna dan hidup.

Akibatnya, walaupun pendengar biasanya setuju dengan yang dikemukakan dalam presentasi, teman saya ini sulit menjadi sahabat atau diingat pendengarnya.
Mengapa?

Presentasinya tidak diberi bumbu yang dapat memancing imajinasi sehingga pendengar harus berkonsentrasi penuh untuk menyerap kata-kata, angka dan data yang disajikan.

Padahal, studi Profesor Jennifer Aaker dari Stanford menemukan, hanya 5 persen dari para mahasiswa yang ia teliti dapat mengingat angka-angka statistik, dibandingkan dengan 63 persen yang dapat mengingat cerita.

Beragam penelitian mengenai memori manusia juga membuktikan, fakta-fakta kritis, data, dan analisis akan lebih menggugah emosi bila dikaitkan dengan cerita tertentu dan bahkan dapat lebih menggerakkan orang untuk mengambil tindakan.

Sebuah cerita dapat menembus area yang tidak sanggup digapai analisis kuantitatif, yaitu hati kita. Data dapat memengaruhi orang, tetapi tidak bisa menginspirasi sampai membuat orang bertindak.

Sementara itu, sebuah cerita dapat membuat hati membara dan mengarahkan jiwa. Terlihat, betapa ampuhnya cerita dalam segala bidang, mulai dari menjual produk, mengajar, sampai pada menyebarluaskan agama dan ideologi.

Storytelling adalah keterampilan yang sudah ada sejak dahulu kala. Sebelum ada buku dan surat kabar, telepon, dan telegram, apalagi internet, nenek moyang kita sudah menceritakan dongeng kepada anak cucunya.

Kita semua pasti senang dengan cerita yang bagus. Bila mendengarnya, kita akan menyimak, berimajinasi, mengingatnya, bahkan sampai dapat menceritakannya kembali beberapa tahun kemudian bila cerita tersebut demikian berkesan bagi kita.

Riset menunjukkan, cerita dapat menyentuh pusat-pusat sensori di dalam otak pendengar, membuat mereka seolah-olah masuk dalam cerita tersebut dan mengalaminya sendiri. Oleh karena itu, cerita yang tepat dapat mengaduk emosi, menarik perhatian dan diingat terus. Konsep yang kompleks pun dapat dipahami dengan mudah bila dikemas dalam bentuk cerita.

Jadi, bagaimana penggunaannya dalam dunia bisnis? Howard Gardner berpendapat, “Leaders achieve their effectiveness largely through the stories they relate.”

Menularkan nilai melalui “storytelling”

Cerita yang menarik biasanya menggunakan kata-kata, gambar, atau bayangan yang tepat sehingga membangkitkan imajinasi dan membuat konsep menjadi hidup.

Dalam bisnis dan politik, kita dapat menggunakan cerita untuk menggambarkan pentingnya inisiatif tertentu, memperkuat nilai tambah suatu produk, ataupun menekankan alasan pentingnya sebuah organisasi untuk berubah. Metode yang kuno ini ternyata masih efektif untuk membangun trust dan menggugah orang untuk berubah.

Satu hal yang sering menjadi tantangan bagi organisasi adalah bagaimana menularkan pengalaman-pengalaman para senior kepada generasi yang lebih muda. Hal ini tentunya tidak bisa ditularkan sekadar melalui tulisan, prosedur-prosedur standar, ataupun kelas pelatihan. 

Storytelling menjadi metode yang efektif untuk menyebarkan tacit knowledge dengan adanya muatan emosi di dalamnya.

Setiap eksekutif senior Nike wajib menguasai 13 langkah membuat cerita dan menceritakannya di depan publik. P&G bahkan mendatangkan sutradara film Hollywood untuk melatih para eksekutifnya terampil melakukan storytelling. Motorolla pun memiliki kegiatan-kegiatan drama untuk mengasah kemampuan storytelling jajaran manajemen mereka.

“The power of narrative”

A story describes what happened, a good story helps you see what happened, a great story helps you feel what happened.

Menurut Steve Denning, setiap cerita yang baik harus mengandung tiga unsur.

Pertama, cerita perlu berfokus pada hal yang positif dengan akhir bahagia dan mengandung kisah sukses.

Kedua, cerita perlu memiliki “pahlawan” yang menjadi fokus cerita.

Ketiga, cerita perlu mengambil tema yang tidak biasa agar dapat menarik perhatian pendengarnya.

Hambatan utama dari bercerita adalah kurangnya ide akan cerita yang menarik untuk dipaparkan. Oleh karena itu, kita memang perlu banyak membaca, mengobrol dengan berbagai macam orang dan mencari contoh-contoh yang dapat kita gunakan. Paling baik kalau kita dapat menceritakan cerita kita sendiri.

Ketika memulai pelatihan presentation skills, teman saya selalu menceritakan kisah betapa ia dulu takut tampil di depan umum. Ia bergulat dengan dirinya sendiri sampai akhirnya ia bisa menguasai panggung. Kisah ini menjadi inspirasi, jika ia bisa melakukannya, tentu peserta pelatihan pun dapat melakukannya juga.

Pexels

Selain memperhatikan teknik, seperti intonasi suara, phrasing, dan penggunaan body language dalam membawakan sebuah cerita, ada tujuh elemen yang perlu diingat dalam storytelling.

  • Tentukan konteksnya sehingga pendengar dengan mudah memahami big picture secara keseluruhan.
  • Gunakan metafora dan analogi agar pendengar dengan mudah terpengaruh oleh isi ceritanya.
  • Rangsang sebanyak mungkin emosi pendengar. Studi mengatakan bahwa banyak pengambilan keputusan individu didasarkan atas emosi.
  • Jaga agar cerita tetap konkret dan teraga. Cerita yang tidak realistis sulit dijangkau pendengar dan karenanya tidak akan terekam oleh ingatan.
  • Selipkan kejutan yang dapat membuat pendengar melepas adrenalinnya.
  • Menyesuaikan narasi dengan lingkungan pendengarnya. Narasi dalam lingkungan bisnis sebaiknya lebih singkat dan padat.
  • Undang partisipasi pendengar untuk turut serta memberi komentar dalam cerita sehingga membuat mereka lebih memiliki cerita tersebut.

People will tell stories about you and your company whether you want them to or not. Fortunately, you can help choose which ones they tell. The way you do that? You tell them first.

EXPERD – HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier 24 April 2021

Umana Bali, LXR Rayakan Ulang Tahun Pertama dengan Perayaan Spesial Selama 3 Hari

Umana Bali, properti dari LXR Hotels & Resorts, baru saja merayakan ulang tahun pertamanya...

89% Generasi Milenial dan Gen Z Optimis pada Masa Depan

Meskipun Keduanya Mengkhawatirkan Pekerjaan, Pendidikan, dan KesehatanDi Indonesia, ketika berbicara terkait masa depan Generasi...

Kenalkan AI dalam Strategi Digital Marketing, MAXY Academy Gelar Webinar SEO dengan AI Gratis

Surabaya, 18 November 2024 – "SEO bukan hanya soal kata kunci, tetapi bagaimana kita...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here