Hubungan kerja dengan sesama anggota timnya akan memberikan rasa aman pada individu. Sementara itu, pekerjaan memberikan tantangan yang membangkitkan motivasi, sekaligus juga memberikan reward pada individu. Pemimpin yang baik perlu menjaga agar ketiga unsur ini berkontribusi satu sama lain secara berkesinambungan.
Dengan demikian, kita memang perlu selektif dalam menyaring calon karyawan yang akan bergabung dengan organisasi kita. Mengingat setiap individu memiliki nilai hidupnya sendiri sehingga proses penggabungannya akan mempengaruhi ekosistem yang sudah terbangun dalam organisasi. Kita memang perlu menghargai diversifikasi.
Namun, kita pun perlu memastikan bahwa individu yang bergabung dapat beradaptasi baik dengan lingkungan.
Generasi karyawan, baik sekarang maupun masa mendatang, membutuhkan transparansi, pengukuran yang jelas terhadap kinerjanya, umpan balik yang obyektif, serta kepedulian terhadap komunitas yang lebih luas dari organisasinya sendiri.
Kita memang tidak akan lepas dari mesin dan sistem dalam mengelola employee experience ini. Untuk itu sistem performance management harus kita evaluasi apakah sudah benar-benar dapat secara obyektif mengelola kemajuan kinerja dan pengembangan talenta.
Menghayati “employee experience”
Dahulu, kita mengenal konsep kepemimpinan yang visioner dan karismatik. Saat sekarang, implementasi dan turun ke lapangan adalah salah satu kunci menuju kesuksesan di samping kemampuan berpikir strategis.
Pemimpin perlu terampil mengelola manusia di sekitarnya, sampai menyentuh pada masing-masing individu yang ada. Dalam hal ini, ada beberapa tambahan pendekatan yang dapat dilakukan oleh pemimpin.
Pertama, meluangkan quality time dengan anak buah. Hal ini tidak lagi menjadi kegiatan yang good to have saja. Berbicara dengan anak buah adalah suatu keharusan. Hanya melalui bicara dari hati ke hati, kita dapat mengenal setiap individu secara mendalam, mendapatkan informasi mengenai lingkungan kerjanya sambil juga membuka kesempatan bagi mereka untuk mengenal diri kita, nilai-nilai dan komitmen kita secara lebih mendalam.
Program memperbaiki hubungan ini menjadi program wajib yang tidak bisa ditawar-tawar. Genuine connection fosters loyalty, and offering help is something they’ll remember forever.
Kedua, membudayakan supportive closeness yang tulus. Budaya saling membantu layaknya saudara akan membuat karyawan merasa mereka tidak sendiri dalam situasi krisis sekalipun.