Tidak ada saling tuduh menuduh ketika terjadi kesalahan dan membantu mereka untuk dapat tetap berkontribusi meskipun sedang memiliki masalah di luar pekerjaan. Karyawan merasa memiliki psychological safety dalam pekerjaannya.
Ketiga, menerapkan konsep well-being, baik pada kehidupan pribadi maupun karyawan. Karyawan yang tercukupi kesejahteraan batinnya dengan keseimbangan hidup yang baik bersama dengan keluarganya akan bekerja dengan passion yang lebih kuat.
Keempat, membiasakan proses pemberian umpan balik sebagai agenda pengembangan. Umpan balik pun dapat bersifat dua arah, tidak hanya dari atas ke bawah, tetapi juga dari bawah ke atas.
Dengan meminta masukan dari para karyawan, baik untuk pimpinan maupun organisasi, ini akan membuat para karyawan juga lebih terbuka untuk menerima umpan balik yang diberikan kepadanya dengan tujuan pengembangan dirinya. Lambat laun pemberian umpan balik yang diwarnai dengan ketulusan seperti ini pun akan menjadi sebuah kebutuhan dalam proses pengembangan.
Kelima, tekankan pada kemajuan. Masa-masa menekankan pada governance sudah berlalu. Governance sudah menjadi suatu standar dan saat ini kita membutuhkan growth mindset dari setiap karyawan untuk membawa organisasi terus bergerak maju.
Dialog antara pimpinan dan karyawan adalah kunci. Dengan terbangunnya rasa percaya, kita pun bisa mengingatkan karyawan bahwa kewaspadaan harus dipertahankan setiap saat.
“Openness and meaningful, two-way dialogue is the only way to give employees confidence that their company is taking the actions it should.”
EXPERD, HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier 10 Juni 2023