Asumsi adalah musuh besar inovasi. Asumsi harus ditunjang oleh eksplorasi yang kuat. Making decisions based on evidence means that we must go wherever the evidence takes us.
Ketiga, banyak yang membayangkan bahwa inovasi adalah sekumpulan ide yang cool. Padahal, inovasi tetaplah harus memiliki landasan mode bisnis yang menguntungkan perusahaan. Without a good business model, even the coolest ideas will fail.
Model bisnis yang baik pasti menjawab kebutuhan pelanggan dan juga memikirkan nilai tambah yang menguntungkan. Di sinilah saktinya proses eksplorasi yang dapat menemukan solusi yang tepat untuk menjawab kebutuhan pasar.
Keempat, Right Thing, Right Time. Banyak bisnis yang sudah melakukan inovasi ketika pasar belum siap. Contohnya, Blue Bird yang justru sudah memiliki aplikasi online lebih dahulu daripada lahirnya sang unicorn Gojek.
Namun, kebiasaan menggunakan aplikasi yang belum terbangun di masyarakat membuat penggunaan aplikasi mereka pun tidak berkembang. Di sinilah kita perlu sekali melakukan riset mengenai pasar dan langkah yang perlu kita lakukan untuk “mendidik” pasar.
Kelima, Right Question, Right Time. Proses manajemen yang baik pasti memancing setiap manajer untuk bertanya sebelum memulai prosesnya. Misalnya, dengan mempertanyakan Return on Investment (ROI) sebelum memulai suatu proyek akan membuat manajer memetakan pemikirannya secara menyeluruh mengenai proyek yang akan dikembangkannya.
Proses inovasi yang baik harus membantu setiap manajer untuk berpikir ke mana menempatkan anak buahnya, bagaimana membuat keputusan strategis dan bagaimana membawa divisinya bergerak maju ke depan.
Kelima pertimbangan ini diperlukan agar proses inovasi kita berjalan sesuai rencana, tidak sia-sia membuang energi dan dana. Tetap ada pertanyaan-pertanyaan dalam benak kita yang membuat kita tidak besar pasak daripada tiang.