Sebab, pada adegan yang sama, Sita yang melakukan eksperimen ‘ikut dimakamkan’ (dengan membawa handy cam agar bisa merekam ada tidaknya siksa kubur yang dialami Wahyu), digambarkan berkali-kali mengucapkan lafaz “Astaghfirullah robbal baroya, astaghfirullah minal khotoya (aku mohon ampun kepada Allah Maha Penerima Taubat/aku mohon ampun kepada Allah dari segala dosa)” ketika siksa kubur mulai dialami Wahyu secara simultan, membuat jantung penonton seakan melompat ke pangkal tenggorokan.
Lafaz istighfar itu bukan saja diucapkan dengan sangat jelas dan akurat oleh Sita, bahkan ditampilkan teks verbatimnya pada layar.
Jadi, apakah Siksa Kubur merupakan film horor terbaik Jokan?
Bagi saya dan Aurora: tidak. Saya masih berpendapat Perempuan Tanah Jahanam sebagai film horor terbaik Jokan. Bagi Aurora, masih Pengabdi Setan.
Didukung oleh pemain kawakan, langganan Citra
Namun kami sepakat melihat bahwa Siksa Kubur sebetulnya punya potensi menjadi film horor terbaik Jokan, jika saja tak ada dua kelemahan di atas.
Bagi kami penggunaan teknik-teknik camera movement, camera angle dan shot size dari film ini, bahkan ‘kelambanan bercerita’ (slow burn)–yang mengganggu sebagian penonton lain dalam beragam komentar di medsos–justru tak mengganggu bagi kami sama sekali. Slowburn punya keunggulan sendiri dalam menumpuk daya gedor di benak dan hati penonton, sebelum meledak dahsyat di akhir cerita–seperti tersaji juga dalam film ini.
Di sisi lain, kami mendapatkan kesan bahwa Siksa Kubur memiliki arti penting spesifik baik dalam karier profesional Jokan maupun dalam perkembangan spiritualitasnya sebagai pribadi, karena di film ini dia tak hanya menjadi penulis cerita dan sutradara—seperti banyak pada filmnya yang lain—melainkan juga menjadi penyunting (editor) film.
Ditangani sendiri, tidak diserahkan kepada editor lain seperti pada film-film horor sebelumnya.
Ini sebuah catatan penting yang tak bisa diabaikan dalam meneroka Siksa Kubur, terlepas akhirnya penonton “suka” atau “tidak suka” secara keseluruhan sebagai satu tontonan.
Jokan sudah memberikan kesempatan berharga kepada penonton selama 117 menit di bioskop untuk berpikir ulang tentang probabilitas nasib diri masing-masing jika saat kepergian menuju Negeri Keabadian tiba.
Cibubur, 13 April 2023
(Tambahan: Usai menulis resensi ini, saya intip IG Jokan (@jokoanwar), ternyata jumlah penonton sampai hari kedua (Jumat, 12/4) sudah 511.731 penonton, atau 1/2 juta lebih hanya dalam dua hari penayangan).