Industri periklanan adalah industri yang kompleks dan luas, terlebih di era digital ini yang berpaku pada bagaimana pesan pengiklan tersampaikan kepada konsumen secara jelas, efektif dan efisien. Bagaimana di sama pandemi ini? Banyak teori-teori lama yang tidak berlaku lagi, selain mediumnya banyak berubah, perilaku masyakat pun di new normal ini juga berubah.
Topik itulah yang didiskusikan di webinar series yang diadadakan Padusi, dengan tajuk The Challenge in Uncertainty Era for Advertising, Sabtu, 24 Juli 2021. Diskusi yang dipandu dua host Elizabeth Claudia dan Namita Marsya itu, menampilkan dua pembicara Anggun Fitriandina dan Bismo Utomo, yang sudah lama melang melintang di dunia periklanan.
“Saya sudah mengenal dunia advertising ini sejak usia dini,” ungkap Anggun, CEO & Founder Masaru Fortuna Komunika dengan spesialis di bidang digital, mengawali diskusi.
Sejak 20 tahun lalu ia sudah berkerja, mulai dari SPG hingga kini mejadi CEO dan founder di perusahaannya sendiri. Dengan latar pendidikan akademis yang sangat berbanding terbalik dengan kariernya, yaitu di institut pertanian jurusan teknologi perbenihan, ia malah banyak terlibat di bidang komunikasi, pameran dan periklanan.
Dengan latar belakang yang dimiliki saat menjadi SPG, yaitu menawarkan produk-produk, Anggun bertemu dengan salah satu pelanggan yang senang dengan cara mempresentasikan produknya dan memberikan kartu nama untuk memperluas networking. Dari sanalah ia memulai kariernya di bidang advertising.
Sementara itu Bismo Utomo berbagi cerita, bahwa ia sejak dulu memang sudah senang dengan seni – yang membawanya terjun ke bidang desain. Pada saat duduk di bangku SMA ia suka menjual kaus degan desain-desain plus gambar yang menarik, hingga akhirnya memilih kuliah di DKV (Desain Komunikasi Visual).
Perubahan di Setiap Era
Bismo yang sudah lama berkecimpung di dunia digital kreatif mengakui ada berbagai perubahan di setiap era. Tetapi ada satu hal yang menurutnya tidak pernah berubah, yaitu adalah pola pikir kita sebagai manusia.
Khusus dalam dunia advertising Anggun menyampaikan bahwa kita harus mengamati kebiasaan konsumen atau target market-nya sebelum membuat sebuah iklan.
Pada masa pandemi ini, katanya, dunia kreatif digital sudah menjadi ujung tombak dalam berbagai bidang perusahaan. Anggun dan Bismo menyampaikan bahwa di masa ini harus pintar-pintar mengubah cara penyampaian iklan dengan berbagai teknologi yang terus berkembang.
Bismo mengaku merasa sangat terbatas dalam mencari ide, jika hanya brainstorming dengan klien melalui video conference. Ia terbiasa melakukan brainstorming dengan bertatap muka. Ia juga sempat mengatakan “Brainstorming di rumah cukup susah ya, apalagi sekarang banyak ter-distracting dengan berita-berita yang beraneka ragam selama pandemi ini,” ungkapnya.
Tapi apa pun yang terjadi, semua itu harus dijalani. Kondisi yang terbatas dan tidak nyaman ini, mau tidak mau memaksa para ads agency, khususnya para kreatornya mengeluarkan jurus-jurus ampuhnya untuk untuk mengasah kreativitasnya, bahkan harus lebih baik dibanding di masa normal.
Bahkan Anggun dan Bismo sepakat bahwa kalau ingin mempertahankan klien, atau bahkan menggaet klien-klien baru, “Kita harus memiliki inovasi-inovasi baru, dengan pilihan visual yang menarik.” (Namita Marsya)