“Titik Buta” dalam Kepemimpinan

Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob

Bagi para pengendara mobil, keberadaan kaca spion sangatlah penting untuk memantau area-area yang tidak dapat dijangkau oleh pandangan matanya. Tanpa alat bantu tersebut, pengendara berisiko mengalami atau bahkan membuat orang lain celaka. Ada benda-benda yang tidak terjangkau oleh ekor mata pengendara sekalipun. 

Dalam pengembangan kepribadian, meskipun sering menganggap yang paling tahu dan mengenal diri sendiri, sebenarnya kita memiliki area buta yang tidak disadari. Bisa jadi kita terkaget-kaget mendengar bagaimana persepsi orang lain terhadap diri kita.

Ada pemimpin yang merasa diri sebagai seorang visioner, hands on, dan responsif. Ia tidak menyadari bahwa orang lain sulit berkembang di bawah kepemimpinannya karena dominasinya yang begitu kuat.

Ia selalu bereaksi lebih cepat, memberikan arahan dengan tegas ketika anak buahnya masih berdiskusi tentang situasi yang terjadi dengan berbagai alternatif solusi sambil mempertimbangkan risiko yang ada. Sikapnya yang dominan ini lambat laun membuat anak buah merasa sesak dan kemudian mengembangkan sikap menunggu arahan dan keputusan darinya serta enggan mengambil risiko.

Robert Bruce Shaw dalam bukunya, Leadership Blindspots, menyebut titik buta sebagai kelemahan atau ancaman yang tidak kita sadari, tetapi bisa sangat merusak.

“Kelemahan yang kita ketahui cenderung tidak akan menggagalkan kita dari tujuan, tetapi kelemahan yang tidak kita sadari justru bisa sangat berbahaya,” tulis Shaw.

Titik buta ini dapat memengaruhi kinerja tim, hubungan, bahkan kesuksesan organisasi. Salah satu contoh kelemahan yang menumbuhkan titik buta adalah arogansi yang merasa diri lebih baik dari yang lain.

Dalam hidup sehari-hari, kita melihat banyak orang yang merasa kuat dalam kehidupan beragamanya sehingga sibuk menasihati orang lain yang menurutnya tidak menjalankan aturan-aturan keagamaan dengan baik. Gejala ini pun bisa kita sebut sebagai arogansi tersembunyi.

Douglas Stone dan Sheila Heen, dalam bukunya, Thanks for the Feedback, menggambarkan titik buta sebagai kesenjangan antara diri yang kita pikir kita tampilkan dan cara orang lain melihat kita. Pemahaman ini menunjukkan bahwa persepsi kita tentang diri sendiri sering kali berbeda dengan bagaimana orang lain melihat perilaku, sikap, sampai kepada nada suara kita sehari-hari.

Rayakan Natal dengan Sribu: Bikin Bisnis Makin Dikenal di Akhir Tahun

Natal sudah di depan mata! Musim liburan seperti ini jadi momen emas buat para...

Denim Meets Heritage, Kolaborasi Fashion & Seni di Spotlight Indonesia 2024

Spotlight Indonesia 2024 menjadi saksi kolaborasi kreatif antara DUST dan PT Multi Sandang Tamajaya....

Mahasiswa Creative Advertising School of Design Binus University Raih Gold Award di Ajang Citra Pariwara ke-37

Prestasi membanggakan kembali diraih oleh mahasiswa School of Design Binus University dalam ajang bergengsi...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here