Oleh Suryo Winarno
Penduduk kota dan golongan muda akan menentukan produk industri di masa depan. Karena kedua kelompok ini memiliki komunitas terbanyak seiring dengan perubahan komposisi penduduk di Indonesia.
Selain itu, mereka memiliki pendapatan lebih besar ketimbang penduduk lainnya karena bekerja secara formal dan informal. Apa perubahan yang mungkin terjadi kalau penduduk kota dan golongan muda dominan?
Budaya kota menuntut setiap individu melaksanakan kegiatan serba cepat melahirkan budaya baru dibanding budaya lama yang cenderung mengikuti hukum alam.
Sementara golongan milenial dan generansi turunan (Z) mempunyai karakter instan dan kurang menghargai atasan menimbulkan budaya digital dan peduli pada kesehatan. Hal ini telah muncul secara sporadis di berbagai perusahaan dengan indikator tidak tahan bekerja lama karena membosankan.
EFEK DOMINAN
Implikasi kedua karakter menimbulkan konsumsi jenis makanan dan minuman instan menjadi dominan di masa depan. Gejala perubahan karakter ditunjukkan statistik konsumsi pengeluaran makanan dan minuman instan meningkat sejak beberapa waktu lalu hingga kini, disusul pengeluaran konsumsi makanan lain dengan tren yang hampir sama untuk konsumsi protein dan vitamin. Sebaliknya konsumsi karbohidrat mengalami penurunan.
Sebagai bukti pengeluaran untuk konsumsi makanan dan minuman instan sebesar 26,66 persen 2015, meningkat jadi 33,98 persen 2018, dan 35,12 persen 2019. Periode yang sama ikan, udang, cumi, kerang sebesar 7,77 persen, 7,78 persen, dan 7,91 persen, disusul sayur-sayuran 6,63 persen, 7,12 persen, 6,62 persen, buah sebesar 5,89 persen, 5.12 persen, 4,79 persen, susu dan telur 6,45 persen, 5,78 persen, 5,56 persen. Sementara padi-padian 16,23 persen, 12.02 persen, dan 11,35 persen.
Mencermati data tren konsumsi bisa disimpulkan secara positif kualitas konsumsi makanan telah menjadi kebutuhan generasi milenial di perkotaan sebab konsumsi protein dan vitamin mengalami peningkatan, sedangkan konsumsi karbohidrat mengalami penurunan untuk mencegah timbulnya beragam penyakit bersumber karbohidrat.
Sayuran dan buah-buahan sebagai sumber vitamin berfungsi menjaga kesehatan manusia dan masa pandemi saat ini sangat dibutuhkan untuk memeliharan kekebalan. Padi-padian sumber karbohidrat untuk energi kegiatan manusia namun juga sumber penyakit diabetes kalau berlebihan.
Dampak negatif tren konsumsi makanan dan minuman instan jika tidak dikendalikan menimbulkan peningkatan penyakit degeneratif akibat konsumsi gula, garam, lemak (GGL). Misalnya, hipertensi, diabetes, stroke, ginjal, dan jantung. Hipertensi merupakan pemicu munculnya berbagai jenis penyakit peringkat atas di Indonesia.
PENCEGAHAN
Untuk mencegah timbul berbagai jenis penyakit di masa depan perlu dilakukan dua tindakan sekaligus yaitu pemerintah membuat regulasi dan edukasi kepada masyarakat, khususnya golongan muda sebagai calon pemimpin Indonesia.
Sehingga tidak muncul beragam penyakit di masa depan karena diantisipasi dari awal demi mencegah pandemi yang susah dilakukan penyembuhan karena penduduk Indonesia multietnik dan demokratis.
Secara regulasi, pemerintah menetapkan standar ketat kandungan gula, garam, dan lemak pada setiap produk makanan dan minuman instan. Salah satunya menetapkan pajak makanan dan minuman instan yang mengandung gula, garam, dan lemak tinggi.
Dengan demikian, pemerintah mendapat tambahan pemasukan sebagai jaminan untuk generasi masa depan. Selanjutnya pasca ditetapkan regulasi pemerintah mesti melakukan pengawasan periodik baik semesteran dan tahunan agar mudah pengendalian terhadap penyimpangan peraturan di lapangan.
Edukasi bahaya makanan dan minuman instan dapat dilakukan secara formal dan informal. Edukasi formal paling mudah lewat pendidikan nutrizi dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Sementara edukasi informal melalui pertemuan Rukun Tetangga, arisan keluarga, posyandu, dan seterusnya.
Jika kedua solusi dilaksanakan secara simultan akan mudah tercapai masyarakat yang sehat dan mempunyai harapan di masa depan cerah sesuai yang ditentukan masing-masing orang.
Untuk pihak industri pengolahan makanan perlu diberikan wawasan bahaya dan resiko kalau gula, garam, lemak dapat menyebabkan kerugian tidak terbatas orang lain tapi bisa menimpa keluarga pemilik perusahaan, termasuk karyawan.
Dengan demikian tiga pihak yang meliputi masyarakat perkotaan (termasuk pedesaan), golongan muda (termasuk generasi z), dan pengelola industri makanan dan minuman instan mendapatkan pencerahan tentang masa depan Indonesia.
Dengan ekosistem yang berkelanjutan sesuai pembangunan berwawasan lingkungan Indonesia yang menerapkan ESG (Environment, Social, dan Government).
Semoga harapan ini menjadi perhatian pemerintah ditengah menghadapi pandemi yang belum tahu pasti kapan berhenti.
Suryo Winarno, Praktisi Industri Pengolahan Pangan.