Mendengar dengan hati
Banyak orang merasa bahwa mereka cukup pandai mendengar. Namun, banyak riset membuktikan bahwa pada umumnya manusia kurang mendengar. Sering kali kita sudah melupakan apa yang dikatakan orang tidak lama setelah mereka menyelesaikan kalimatnya.
Itu bukan salah kita. Otak kita mampu menyerap 400 kata per menit. Padahal, secepat-cepatnya orang berbicara, ia hanya bisa mengucapkan 125 kata per menit sehingga dalam rentang waktu itu pendengar akan mengisi otaknya dengan asupan lain yang sering kita sebut sebagai “noise” karena tidak berhubungan dengan pembicaraan yang sedang terjadi.
Untuk dapat benar-benar mendengar, pendengar perlu memiliki self awareness bahwa ia harus berfokus mendengar dengan rendah hati sehingga dapat menangkap “inti” pesan lawan bicara dengan sempurna
Bertanya untuk menambah informasi
Kunci dari memahami adalah dengan bertanya. Namun, ada berbagai macam pertanyaan. Ada pertanyaan yang menjebak, ada pertanyaan yang menyelidik, ada pertanyaan yang menekan, ada pertanyaan hanya untuk mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui serta diyakini, dan ada pertanyaan yang bertujuan untuk menambah informasi.
Lawan bicara tentunya akan menjawab dengan senang hati pertanyaan yang diajukan untuk kepentingan menambah informasi karena tidak memiliki kesan menyerang. Kita perlu berlatih menggunakan kalimat-kalimat tanya yang bersifat mengundang diskusi, seperti “bagaimana kalau…” atau “apakah ada kemungkinan/alternatif….”
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menggali lebih dalam pandangan lawan bicara. Dengan mengajukan pertanyaan yang baik, kita bisa mendapatkan ide-ide baru dari pihak lain. Di sinilah kekuatan inklusi terbangun yaitu bagaimana kita mengadopsi keberagaman dan menciptakan ide baru yang inovatif.
Tantang asumsi
Individu yang merasa sudah tahu sering kali sulit mengalah pada informasi baru yang menentang keyakinannya. Semakin banyak kita tahu, semakin tidak fleksibel kita untuk menerima perspektif orang lain yang berbeda. Kita merasa memegang kebenaran walaupun tidak tertutup kemungkinan bahwa kita tidak benar.
Dengan berlatih menantang dan mempertanyakan asumsi serta keyakinan, kita dapat menjaga bias dan terbuka terhadap pendapat orang lain.
Mewarnai ketidaksepakatan dengan respek
Ketidaksepakatan di tempat kerja itu baik. Pertanda bahwa ada banyak pemikiran yang dapat mendukung majunya perusahaan. Namun, kita perlu membudayakan debat yang sehat dan menjaga psychological safety.
Ada penelitian yang menemukan bahwa 90 persen perawat tidak pernah melawan keputusan dokter walaupun mereka sebenarnya memiliki pendapat lain yang mungkin dapat membantu menyelamatkan jiwa pasien. Bayangkan bahayanya bila kita hanya patuh pada satu pemikiran.