Ubah Cara Berpikir

Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob

Konsep berpikir kreatif kerap digaung-gaungkan, baik di dunia pendidikan maupun di tempat kerja. Kita sadar bahwa untuk menang dalam kompetisi yang semakin intens ini, perlu memiliki cara-cara baru yang dihasilkan dari pemikiran kreatif.

Namun, kreasi dan inovasi ini seharusnya tidak sekadar berbeda dari pakem-pakem yang sudah ada dan menjadi nyeleneh, tetapi juga bagaimana kita bisa menggunakan pendekatan yang lebih empiris berdasarkan data yang sering kali terlewatkan ketika kita berusaha berpikir kreatif.

Steven D Levitt dan Stephen J Dubner menerbitkan buku ketiga mereka berjudul Think like a Freak yang mendorong kita untuk menganalisis kembali cara-cara berpikir yang biasa kita lakukan, yang membuat kita terjebak dalam berbagai asumsi.

Para penulis tadi menyoroti bagaimana kebiasaan-kebiasaan berpikir yang sering kali tidak disadari telah membuat kita mengambil keputusan yang salah. Hal yang paling penting diajarkan dalam buku ini adalah agar kita melihat dunia dengan lebih jelas sebagaimana adanya, bukan seperti yang dilihat sebagian besar orang, bagaimana kita menyadari bias-bias yang sering kita abaikan.

Levitt dan Dubner menyatakan bahwa sering kali pilihan yang benar adalah pilihan yang justru tidak populer sehingga dibutuhkan keberanian yang cukup besar untuk mengambil pilihan ini. Dalam statistik dunia persepakbolaan, ditemukan bahwa pada tendangan penalti, 57 persen penjaga gawang akan melompat ke sisi kiri penendang bola karena sebagian besar penendang bola tentunya akan menendang dengan kaki kanan dan membuat bola bergulir ke sisi kiri.

Hanya 41 persen dalam momen tendangan penalti yang membuat penjaga gawang melompat ke sisi kanan. Bila menelaah angka ini, kita akan melihat data bahwa hanya 2 persen dari keseluruhan momen penjaga gawang akan tetap berada di tengah. Namun, mengapa jarang sekali tendangan penalti diarahkan ke tengah gawang yang sebenarnya memiliki peluang keberhasilan 98 persen?

Hal itu karena tendangan ke tengah terasa kurang sensasional. Selain itu, jika gagal, penendang bola akan dicemooh para suporter karena dianggap mengarahkan bola yang mudah ditebak penjaga gawang lawan. Mana yang akan Anda pilih: a disliked winner atau a favored loser?

Dalam Freakonomics, mereka menyebutkan bahwa perilaku manusia sering kali dapat dibentuk oleh insentif. Dalam buku ketiganya ini, mereka menunjukkan agar kita dapat melihat apa yang sesungguhnya diinginkan manusia sering kali berbeda dengan apa yang mereka ucapkan.

Kejelian kita menangkap apa yang tersirat dan bukan tersurat inilah yang dapat meningkatkan keberhasilan dalam menemukan solusi-solusi yang tepat sasaran.

10 Perangkat Smart Home Terbaik yang Wajib Anda Miliki di Tahun 2025

Teknologi rumah pintar atau smart home semakin berkembang pesat, menawarkan kenyamanan, keamanan, dan efisiensi yang semakin...

BINUS International Double Degree: How to Experience Studying Abroad in Indonesia

Many Indonesian high school graduates dream of getting an international education to secure more...

Dapatkan Peluang Kerja dan Karier dengan Pelatihan dan Sertifikasi BNSP dari Startup Campus

Jakarta, 18 November 2024 â€“ Tingkatkan daya saing di dunia kerja dengan sertifikasi BNSP dari...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here