Umpan Balik 360 Derajat, Gugah Penyadaran Diri

Oleh Eileen Rachman dan  Emilia Jakob

Life is about growing, learning, and becoming, kata pepatah. Menjalani kehidupan berarti mengalami transformasi pertumbuhan dan perkembangan. Kita tumbuh dari kecil menjadi besar, belajar dari tidak bisa menjadi bisa.

Dalam prosesnya, kita membutuhkan umpan balik mengenai performa yang dimiliki saat ini. Pada masa sekolah, kita menjalani berbagai ujian. Di tempat kerja, kita mendapat evaluasi kinerja. Evaluasi kinerja bisa berupa hasil nyata pencapaian berdasarkan target yang sudah ditetapkan, ditambah dengan evaluasi proses pencapaiannya yang biasa dilakukan dengan metode penilaian 360 derajat.

360-degree feedback adalah metode evaluasi melingkar yang memungkinkan individu menerima umpan balik dari berbagai sumber di lingkungan kerjanya, mulai dari atasan, rekan kerja, bawahan, hingga pelanggan.

Proses ini memberi pandangan komprehensif dan lebih obyektif tentang bagaimana seseorang dipersepsikan oleh orang lain. Ini dapat meningkatkan self-awareness serta mendorong akuntabilitas individu terhadap pengembangan diri mereka sendiri.

Namun, hasil evaluasi ini  sering dianggap sebagai “vonis” yang tidak menyenangkan. Padahal, tujuannya agar kita mendapat gambaran yang jelas mengenai kekuatan dan lebih mudah menentukan arah pengembangan diri kita. Dari mana lagi kita bisa mendapatkan gambaran diri secara obyektif kalau tidak dari lingkungan sosial kita?

Menurut penelitian Tasha Eurich dalam artikelnya Working with People Who Aren’t Self-Aware, meskipun 95 persen orang berpikir bahwa mereka sadar diri, ternyata hanya 10–15 persen yang benar-benar memiliki self-awareness​.

Ini berarti ada kesenjangan besar antara bagaimana orang melihat diri mereka sendiri dan bagaimana mereka benar-benar dipersepsikan oleh orang lain di tempat kerja.

Dalam sebuah survei yang dilakukan dengan 467 pekerja, juga ditemukan bahwa 99 persen responden merasa bekerja dengan setidaknya satu orang yang tidak sadar diri dan hampir setengahnya bekerja dengan empat orang atau lebih yang menunjukkan kurangnya kesadaran diri​.

Menurut penelitian Eurich, self-awareness yang rendah sering menyebabkan seseorang tidak menyadari kelemahan atau kekuatannya sendiri. Ini sangat berbahaya karena mereka tidak memiliki titik untuk melakukan perubahan.

Apalagi bila yang perlu meningkatkan penyadaran diri justru pejabat atau atasan yang memiliki wewenang lebih besar daripada yang memberi masukan. Mereka merasa bahwa merekalah yang paling mengenal diri mereka sendiri, padahal ada blind spots yang tidak  terungkap.

Evista Taksi Listrik: Solusi Transportasi Terpercaya, Nyaman, dan Aman

Taksi Listrik Evista hadir sebagai solusi transportasi inovatif yang memudahkan perjalanan dari rumah ke...

Kemenangan Mahasiswa BINUS ASO School of Engineering di Lintasan Balap

Kuliah jurusan otomotif sambil mencetak prestasi di dunia balap? Ini bukan hal yang mustahil,...

SRIBUFEST 2024: Event Freelancer untuk Bangun Jaringan dan Peluang Kerja Tanpa Batas

Industri kreatif di Indonesia semakin berkembang pesat, terutama di kalangan freelancer yang kini menjadi...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here