Oleh karena itu, pemberi umpan balik harus yakin akan anonimitasnya sehingga mereka akan jujur dan terbuka ketika merasa aman. Tidak jarang proses pengambilan data umpan balik 360 derajat ini dilakukan oleh pihak ketiga untuk menjamin kerahasiaan dan independensinya.
Item pengukuran kuesioner 360 derajat juga harus dipastikan menggunakan kalimat-kalimat yang berfokus pada perilaku yang bisa diubah dan bukan pada karakter, apalagi label pribadi seseorang. Dengan demikian, penerima umpan balik bisa merancang langkah perubahan perilaku yang tepat, tanpa merasa disudutkan karena atribut diri yang sudah menempel dan sulit diubah.
Banyak yang mengkhawatirkan subyektivitas dari para “rater” pemberi umpan balik. Untuk itu, para rater perlu memahami tujuan yang ingin dicapai dalam pemberian umpan balik ini. Sosialisasi sebelum program pengambilan data sangatlah penting untuk membuat semua pihak memahami pentingnya program 360 derajat ini.
Ketika umpan balik 360 derajat ini menjadi proses rutin di organisasi, semua orang akan sadar bahwa mereka dapat menjadi pemberi sekaligus penerima umpan balik. Dengan demikian, umpan balik dapat bersifat lebih suportif dengan penuh empati, bukan “penghakiman”.
Rater haruslah orang yang memiliki hubungan kerja dengan individu sehingga dapat memberikan masukan yang tepat.
Setelah itu, individu juga perlu didampingi oleh mentor untuk bersama-sama membaca laporan hasil pengolahan data 360 derajat tersebut. Mentor akan membantu berefleksi, memahami konteks dan nuansa dari data yang dipaparkan dalam laporan untuk menentukan langkah perbaikan yang tepat.
Without context and support, the subject may not be able to make use of the feedback.
EXPERD, HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier 23 November 2024