Tommy juga mengungkapkan data tentang pasar global untuk layanan anti-kejahatan finansial, di mana kawasan Amerika menghabiskan sekitar $740 miliar per tahun untuk keperluan compliance anti-financial crime, yang menunjukkan betapa pentingnya sektor ini di industri fintech.
Strategi Go-To-Market Mulai.com: Pendekatan Tiga Tahap
Tommy kemudian memaparkan strategi “Go-To-Market” Mulai.com yang terdiri dari tiga tahap utama: Referral, Growth, dan Replicate. Strategi ini dirancang untuk membangun kepercayaan, memperluas jangkauan, dan memastikan Mulai.com bisa diadopsi secara luas di berbagai fintech.
Tahap 1: Referral – Pada tahap pertama ini, Mulai.com membangun jaringan dengan asosiasi fintech dan bank, asosiasi analisis transaksi, firma konsultasi, serta penyedia database blacklist.
“Kami percaya bahwa kolaborasi dengan early adopters seperti asosiasi fintech ini akan membantu kami mendapatkan referensi pasar yang kuat,” jelas Tommy.Tahap 2: Growth – Di tahap kedua ini, Mulai.com memperluas pengaruhnya melalui studi kasus, publikasi bersama (joint PR), dan pengembangan fitur marketplace.
“Kami ingin memberikan bukti nyata kepada industri bagaimana solusi kami dapat diterapkan melalui studi kasus dan kolaborasi,” ungkap Tommy.
Mulai.com juga meningkatkan jejak digitalnya dengan mengembangkan website dan media sosial untuk membangun kredibilitas.Tahap 3: Replicate – Pada tahap akhir, Mulai.com bertujuan untuk memperluas adopsi pasar dengan meluncurkan program pelatihan “Training of Trainers” (ToT), mendirikan akademi bersertifikat, dan menyediakan template aturan pihak ketiga (3rd Party Rule Template).
“Dengan cara ini, kami berharap solusi Mulai.com dapat diterapkan di seluruh ekosistem fintech dan menjadi bagian dari standar industri,” tambahnya.
Fakta dan Tantangan Startup Fintech di Indonesia
Dalam sesi tanya jawab yang dipandu oleh Isaac Munandar, moderator sekaligus perwakilan Maxy Academy, Tommy juga membahas tantangan yang dihadapi startup fintech di Indonesia.
“Saat ini, ada sekitar 100 startup fintech baru yang muncul setiap bulan di Indonesia, tetapi sekitar 90% dari mereka gagal bertahan lebih dari satu tahun,” ujar Tommy. “Salah satu alasan utama kegagalan ini adalah penipuan atau fraud yang banyak terjadi di sektor fintech.”