Vaksinasi DBD

Kasus DBD di Indonesia pun terus mengalami peningkatan dengan angka kejadian pada 2022 hampir dua kali lipat lebih besar dibandingkan 2021 dengan 143.266 berbanding 73.518. 

Peningkatan kasus DBD, seperti dilansir dari website Kementerian Kesehatan, Sehat Negeriku, disebabkan oleh perubahan karakteristik penularan nyamuk penyebab dengue. Jika dulu nyamuk penyebab dengue lebih banyak ditemui saat musim hujan, kini apa pun musimnya nyamuk itu tetap bisa ditemukan. 

Dengan kondisi iklim Indonesia dan perubahan karakteristik nyamuk penyebab DBD, siapa pun di Indonesia berisiko mengalami penyakit ini, tanpa memandang usia, tempat tinggal, dan gaya hidup.  

Bahkan, seseorang yang sudah sembuh dari DBD, bukan tidak mungkin terinfeksi lagi. Menurut WHO, DBD terkadang dapat menyebabkan kasus yang lebih parah, bahkan kematian.

Seseorang yang terinfeksi DBD untuk kedua kalinya mempunyai risiko lebih besar terkena demam berdarah parah yang ditandai dengan sakit perut yang parah, muntah terus-menerus, pernapasan cepat, gusi atau hidung berdarah, kelelahan, kegelisahan, darah dalam muntahan atau tinja, menjadi sangat haus, kulit pucat dan dingin, serta merasa lemah. Berbagai gejala ini sering kali muncul setelah demamnya hilang. 

Untuk mengatasi DBD, pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Mulai dari Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) dengan serentak meluangkan waktu 10 menit, pada pukul 10, selama minimal 10 minggu setiap Minggu untuk melaksanakan 3M Plus (menguras, menutup, mendaur ulang) dan kegiatan lain untuk mencegah penularan infeksi dengue.

Vaksinasi mandiri bekerja sama dengan pihak organisasi profesi di Indonesia hingga pemanfaatan inovasi vektor berupa teknologi Wolbachia.

Penanggulangan DBD bukan hanya tugas pemerintah, namun juga merupakan kerja besar yang harus dilakukan bersama sesuai dengan kekuatan di bidangnya masing-masing.

Berdasarkan Laporan Tahunan 2022 Demam Berdarah Dengue Kementerian Kesehatan, kasus dengue dapat ditemukan di hampir seluruh kota dan kabupaten di Indonesia. Kasus dengue terjadi berimbang pada perempuan (49%) dan laki-laki (51%). Sebagian besar kasus dengue terjadi pada kelompok usia 15—44 tahun (39%).

Sementara itu, kematian akibat dengue lebih dominan pada perempuan (55%) dan di kelompok usia yang lebih muda, yaitu 5—14 tahun (45%). 

Port Academy Bekerja Sama Dengan KUPP Pagimana Gelar Diklat TKBM

Port Academy Bekerja Sama Dengan KUPP Pagimana Gelar Diklat TKBM

BRI Ventures Semarakkan HUT ke-129 BRI melalui Penanaman Mangrove

BRI Ventures merayakan ulang tahun BRI ke-129 dengan penanaman 500 pohon mangrove di Pulau...

Elwyn.ai oleh Primeskills Raih Penghargaan di APICTA Awards 2024

Inovasi Indonesia Bersinar di BruneiElwyn.ai, platform pembelajaran berbasis AI yang dikembangkan oleh perusahaan edtech...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Previous article
Next article