Semangat Senin!
Majalah TIME yang terkenal itu tiba-tiba tampil beda. Cover depannya menampilkan 5 tokoh wanita dengan nuansa hitam putih dengan judul “Person of the Year 2017”. Kalau saja tidak dengan judul “Person of the Year” (PotY) tentu tampilan cover itu tak membuat beda.
Tapi, baru kali ini majalah tersebut menampilkan PetY lebih dari 1 orang. Setidaknya dalam 15 tahun belakangan ini.
Pada 2015, PotY majalah tersebut menampilkan sosok Kanselir (PM) Jerman, Angela Merkel. Kemudian pada 2016, ditampilkan Donald Trump. Angela terpilih karena ia salah-satu pemimpin Eropa yang punya peran besar dalam menangani krisis hutang di Eropa juga ia berani membuka pintu Jerman untuk para pengungsi imigran dari jazirah Arab.
Angela juga merupakan wanita pertama setelah sekian lama Time tidak memilih tokoh wanita (terakhir pada 1986, Presiden Filipina Corazon Aquino).
Setahun kemudian, Time memilih Donald Trump. Kita tahu apa latar belakang Trump dipilih. Ya, karena kontroversinya. Belakangan justru Time dikecam karena telah memilih Trump karena ternyata itu yang membuatnya makin kontroversi (hingga baru-baru ini keputusannya yang mengakui kota Yerusalem sebagai ibukota Israel). Uniknya, ternyata saat Merkel terpilih PotY 2015.
Lalu, sekarang Time memilih 5 tokoh wanita dengan tema “the silence breaker”. Kelima wanita ini terpilih karena berani mengungkapkan ke publik pelecehan seksual yang mereka alami. Yang mengejutkan adalah kehadiran Taylor Swift dan Ashley Judd. Keduanya, merupakan artis yang sedang ngetop.
Pengakuan Judd membuat kejutan yang menghebohkan di dunia hiburan Hollywood karena melibatkan nama seorang produser terkenal, Harvey Weinstein. Sementara, Swift mengungkapkan perlakuan tak senonoh seorang DJ terhadap dirinya. Keduanya mengunggahnya dalam media sosial dengan #metoo.
Yang unik di dalam cover seolah ada yang salah. Ada gambar sepotong tangan seseorang yang seolah-olah fotografer melakukan kesalahan kenapa wajahnya ‘kepotong’. Ternyata itu memang sengaja. Si tokoh wanita memang tak mau wajahnya terlihat. Yang jelas ia adalah petugas rumah sakit di salah-satu RS di Amerika yang mengalami pelecehan seksual juga. Ia masih khawatir akan mengalami persekusi bila wajahnya muncul.
Yang jelas, ini kali pertama majalah yang terkenal maskulin itu mengungkapkan perlakuan tak adil terhadap wanita. Pemimpin redaksi Time, Edward Felsenthal, mengungkapkan bahwa tema ini diangkat karena kecemasan sudah pada tingkat mengkhawatirkan sekali. Ia bahkan bertanya, sampai kapan kecemasan ini akan terjadi.
Kalau di Amerika sudah sedemikian kondisinya. Bagaimana dengan di negeri kita sendiri? (Arif Eltorro)