Kedua, memeriksa bagaimana orang lain menghayati kehadiran kita. Banyak pemimpin yang tidak menyadari bahwa kehadirannya sering dianggap mengancam atau menekan. Cari sebanyak mungkin umpan balik dari berbagai pihak yang berbeda untuk mendapatkan pemahaman yang lebih obyektif.
Sadari juga bagaimana reaksi kita di bawah tekanan ketika menghadapi konflik dengan pihak lain. Penampilan yang tetap tenang dalam situasi mengancam sekalipun menunjukkan bahwa kita dapat menjadi sandaran bagi anggota tim.
Juga menegaskan kemampuan kita untuk menghadapi tantangan yang lebih sulit dari tanggung jawab yang lebih besar.
Ketiga, keterampilan berkomunikasi melalui beragam medium, baik daring maupun luring. Bagaimana kita meyakinkan pihak lain, dan terutama sekali bagaimana kita mendengarkan dan menaruh perhatian penuh terhadap kebutuhan pihak lain sambil mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat.
Kekuatan mendengar menunjukkan pemimpin yang sudah selesai dengan dirinya dan terbuka untuk berubah, serta berkolaborasi demi mencari solusi yang lebih baik.
Keterampilan mendengar dapat menumbuhkan respek pihak lain bahwa pemimpin tidak berkutat dengan egonya sendiri. Leaders are never done learning, and they seek diverse perspectives. Asking questions is how we all learn.
Keempat, membangun jejaring dengan beragam stakeholder. Hubungan dalam organisasi selalu kompleks dengan berbagai pendapat dan agenda. Pemimpin yang berwibawa mampu mengembangkan jejaringnya dan mampu berpolitik dengan benar, sehingga bisa meraba kapan perlu memersuasi dan kapan cukup mendengar.
Terakhir adalah penampilan. Bagaimana menyesuaikan penampilan kita dengan citra yang ingin ditampilkan. Pastikan jangan sampai penampilan kita terlalu menarik perhatian sehingga kualitas pribadi malah tenggelam.
Jangan lupa juga untuk memperhatikan bahasa tubuh yang memperkuat impresi yang ingin kita tanamkan. Image isn’t just what you wear, it’s also how you wear it.
EXPERD, HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier Februari 2024