Oleh Suryo Winarno
Tanggal 17 Agustus 2021 merupakan hari ulang tahun kemerdekaan bangsa Indonesia ke 76. Pada hari kemerdekaan ke-76, ditemukan kejadian berulang dari Orde Baru hingga Reformasi. Presiden berganti lima kali pengangguran diselesaikan secara parsial pemerintah. Akibatnya pengangguran sebatas program pemerintahan.
Tingkat pengangguran periode 1985-1996 sebesar 3 persen. Setelah terjadi krisis ekonomi periode 1997-2008 pengangguran naik menjadi 8,09 persen. Kini pandemi menyebabkan pengangguran tinggi sebesar 10,14 persen (BPS, Maret 2021).
Timbul pertanyaan, mengapa pengangguran tidak bisa diselesaikan pemerintah dengan memakai perencanaan setiap pemerintahan? Apakah penyebab pengangguran susah diselesaikan pemerintah hingga menimbulkan pengangguran signifikan ketika krisis (ekonomi dan pandemi) muncul?
Melihat pengangguran kebanyakan generasi muda dan masyarakat menengah ke bawah sungguh memilukan. Generasi muda yang tidak kuat iman memakai kaca mata kuda dalam mencari penyelesaian atas masalah dihadapi dalam kehidupan namun terjadi penyesalan saat di tahanan.
Sebaliknya milenial yang punya pikiran waras bersikap mengambil pekerjaan apapun bentuknya demi menyambung kehidupan aman dan nyaman. Selain itu, milenial meningkatkan kemampuan di berbagai bidang kehidupan.
Seiring dengan berjalan waktu mereka mendapatkan pekerjaan sesuai harapan di masa depan. Apakah kehidupan seperti itu perlu diwariskan kepada setiap generasi Indonesia Merdeka. Silahkan direnungkan!
PENGANGGURAN
Menurut BPS (2017) pengangguran dikelompokkan menjadi empat. Pertama, pengangguran terbuka. Kedua, setengah pengangguran terpaksa. Ketiga, setengah pengangguran sukarela. Keempat, orang bekerja kurang dari kemampuan yang dapat dikerjakan sesuai dengan pendidikan atau keterampilan.
Berdasarkan empat golongan pengangguran selama Indonesia Merdeka belum pernah diselesaikan dengan tuntas pemerintah Orde Baru hingga Reformasi. Pandemi Covid-19 menyebabkan kontraksi berimplikasi pengangguran tinggi karena pembatasan kegiatan masyarakat yang bertujuan mencegah penularan corona.
Pemerintah berupaya mengurangi pengangguran lewat investasi langsung perusahaan domestik dan asing. Selain itu, perbaikan kompetensi pekerja lulusan SMK dan perguruan tinggi. Namun investasi langsung dan perbaikan kompetensi belum memecahkan pengangguran signifikan. Lantas bagaimana mengatasi pengangguran signifikan?
RENOVASI
Renovasi pola pikir setiap generasi dan pencetak tenaga kerja kebutuhan mendesak. Karena kualitas pekerja ditentukan oleh kedua faktor diatas. Pola pikir yang selalu berinovasi dan cara mendidik direvisi mengikuti perubahan kondisi dihasilkan generasi berkualitas.
Pola pikir pekerja perlu direnovasi setiap generasi karena terjadi perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh, ditengah pandemi melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia, setiap negara membatasi kegiatan selama kurun waktu lima belas bulan. Kondisi ini menghentikan transportasi dan korporasi penyebab pengangguran.
Namun hambatan transportasi dapat diatasi melalui penerapan teknologi digital. Akhirnya pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat tidak berhenti ditengah pandemi. Dengan pola pikir manusia yang selalu mencari solusi meski kondisi tertekan, masalah terselesaikan hingga signifikan. Sekali lagi inovasi menyelesaikan masalah kebidupan.
Di dunia pendidikan sejumlah SMK/SMA menerapkan perubahan berkelanjutan dengan harapan lulusan siap bekerja (bukan siap latih) dan berkontribusi kepada kemajuan. Salah satunya, selama belajar tingkat SMK/SMA diberikan pelajaran ilmu terapan dan magang selama 12 bulan.
Sementara di perguruan tinggi, awal kuliah mahasiswa diberikan pilihan profesi (peneliti, pengajar, pengusaha, perawat, petani, peternak dll). Dengan diberikan pilihan profesi, mahasiswa mempersiapkan ilmu harus dipelajari untuk bekal masa depan.
Selain itu, perguruan tinggi memberikan fasilitas (pembimbing, penguji, fasilitas praktek dan laborat, pembeayaan, jaringan di luar sekolah, dan magang) yang diperlukan mahasiswa untuk mencapai kesuksesan.
WIRAUSAHA
Pemberian ilmu terapan menghasilkan lulusan sekolah siap bekerja di perusahaan atau membuka usaha secara mandiri (wirausaha). Sejumlah sekolah dan universitas telah menerapkan konsep ini kini menjadi rebutan perusahaan.
Publikasi tahunan dilakukan melalui promosi lulusan sekolah dan lulusan perguruan tinggi perlu mendapat perhatian dan dukungan pemerintah guna mencegah penyimpangan dan menjaga integritas sekolah.
Program ini akan melahirkan wirausaha di masa depan. Karena di sekolah ditempa inovasi dan budaya kerja produktif. Ada guncangan pandemi tidak menimbulkan pengangguran karena wirausaha berusaha bertahan mengingat membuka usaha menjadi pilihan generasi milenial.
Riset SEA (2019) melaporkan pekerjaan paling disukai generasi muda Indonesia adalah wirausaha. Survei peminatan pekerjaan milenial mengambil sampel 14.000 orang berusia dibawah 36 tahun.
Hasil survei menunjukkan wirausaha diminati 24,4 persen, disusul ANS 17,1 persen, bisnis keluarga 16,5 persen, perusahaan multinasional 11,4 persen, lembaga usaha amal 9,5 persen, perusahaan lokal besar 8,8 persen, perusahaan star-up 5,2 persen.
Mengapa wirausaha jadi pilihan utama generasi milenial? Pertama, kebebasan mengekspresikan tujuan yang telah direncanakan secara tahunan. Sesuai dengan cirikas milenial yang ingin kebebasan membuat program tahunan, mudah bosan, dan tidak suka diatur atasan menimbulkan pencarian lingkungan yang sesuai dengan karakter generasi muda.
Kedua, berkontribusi terhadap lingkungan sosial, termasuk pembangunan negara. Lewat pajak perusahaan dan karyawan, wirausaha milenial membantu penerimaan negara berkelanjutan.
Ketiga, meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat. Wirausaha membuka lapangan kerja memberikan pendapatan pekerja berdampak luas pada peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat.
Keempat, mengurangi pengangguran. Dengan terbuka lapangan kerja berimplikasi menurunkan pengangguran berimplikasi kriminalitas berkurang. Sebaliknya kriminalitas meningkat disebabkan lapangan kerja yang berkurang.
Untuk itu, upaya menekan kriminalitas mesti diciptakan tambahan lapangan kerja secara signifikan. Karena sejumlah alasan sosial ekonomi, wirausaha menjadi pilihan milenial Indonesia Merdeka. Semoga menjadi kenyataan!