Nadia’s Note
Di era digital ini, yakni sebuah era yang ditandai oleh dominasi teknologi informasi dan komunikasi Internet, jarak seolah tidak ada lagi. Tidak hanya itu, digitalisasi tidak hanya memberikan kemudahan bagi orang kota saja, namun merata hingga ke desa.
Munculnya banyak e-commerce dan situs berjualan online, misalnya, memudahkan para petani di desa untuk memasarkan hasil sawahnya ke pasar yang lebih beragam – jauh melampaui wilayah domisili mereka.
Dengan demikian, anak-anak muda, apalagi digital natives di suatu tempat yang jauh dari pusat, bisa berkarya tanpa harus melakukan mobilisasi (sebutlah urbanisasi) ke kota. Karena dari suatu tempat, dengan teknologi informasi yang semakin canggih, bisa menjangkau kemana saja, secara global bahkan.
Itu sebabnya ide Antovany Reza Pahlezi, sangat brilian. Dalam webinar sociopreneur discussion series yang berlangsung Senin (19/4), Direktur Investasi Shinta VR itu mengemukakan tentang Pantoera, salah satu perusahaan rintisan yang digagasnya.
Pantoera adalah wadah bagi anak-anak muda yang tinggal di Kabupaten Batang, Pekalongan, Jawa Tengah untuk menyalurkan passion dan kreativitas mereka. “Mereka memiliki peluang bergerak lebih cepat, lebih gesit, dan lebih paham banyak hal yang lebih bagus di era sekarang dibanding era sebelumnya,” jelas sarjana dari Fisipol jurusan Hubungan Internasional UGM itu.
Kebayang nggak sih, hal yang sama bisa dilakukan di daerah-daerah lain. Movement model Pantoera itu, bisa diduplikasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, misalnya. Tinggal sentuhan coaching dari ahlinya saja supaya bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan, mampu menghasilkan benefit, baik yang sifatnya komersial maupun non komersial.
Bukan mustahil, dengan berkembangnya teknologi digital saat ini, para pemuda tidak perlu lagi merantau ke kota yang lebih besar untuk memperoleh tingkat penghidupan yang lebih memadai, bahkan mereka bisa menjadi diri sendiri secara lebih optimal di daerah asalnya.
Masih minimnya perhatian pemerintah terhadap potensi generasi muda dan kaum milenial, misalnya, bukan menjadi alasan bagi kaum muda untuk bermalas-malasan. Anak muda mempunyai energi yang besar untuk mengembangkan potensi dirinya, juga potensi daerahnya. Mereka mampu memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk menciptakan sesuatu yang mempunyai nilai tambah.
Anak muda konon mempunyai potensi ekstra dibandingkan yang lain. Dapat dikatakan mereka mempunyai potensi besar, sangat produktif, baik di bidang sosial kemasyarakatan, politik, seni hingga ekonomi. Yang dibutuhkan hanya kreativitas yang genuine.
Selain itu, mereka bisa menggandeng masyarakat sekitarnya untuk berwirausaha sosial. Di era digital seperti sekarang ini, semua itu bukan hal yang mustahil untuk dilakukan.
Memang, seperti kata James Baldwin, tidak semua yang kita hadapi bisa diubah, tetapi tidak ada yang dapat diubah sebelum dihadapi.